Semalam saya belajar banyak hal dari film My Name Is Khan. Film luar biasa yang bikin air mata saya mengalir tak henti-hentinya seperti pipa bocor dinjak kerbau di Sumba. Film ini mengajarkan banyak hal penting dalam hidup. Yang paling saya ingat, Khan pernah berkata, “Di dunia ini hanya ada dua jenis orang. Orang baik, yaitu orang yang melakukan hal-hal baik dan orang jahat, yaitu orang yang melakukan hal-hal jahat. Selain daripada itu, kita sama”
Khan juga mengajarkan hal yang romantis loh…. Khan adalah penderita Asperger’s Syndrome. Dia takut dengan suara keras dan takut dengan warna kuning. Saya ingat waktu dia menulis di jurnalnya tentang istrinya, “aku takut akan banyak hal. Namun yang paling kutakutkan adalah kehilanganmu,” soooooooo romantic ya kan? Dia sudah jatuh cinta dengan istrinya sejak pertama kali mendengar suara istrinya. Dia mencari sumber suara itu dan menemukan istrinya. Meskipun awalnya ditolak, tapi pada akhirnya dia diterima.
Di film ini saya juga menemukan hal yang sangat kontras. Waktu istri adik Khan dilecehkan (jilbabnya di lepas paksa seseorang dari belakang) setelah peristiwa 9 november (9-11) itu Khan bersama istrinya datang ke rumah adiknya. Sebagai orang yang punya penyakit biasanya selalu berada di posisi yang lemah di film-film kebanyakan. Tapi disini, di film ini saya malah melihat adiknya yang sehat walafiat yang bersandar di pundak Khan dan menangis.
Khan, menunjukkan pada kita bahwa selama kita punya tujuan yang jelas tanpa mengabaikan orang-orang yang ada di sekitar kita kita pasti bisa mencapai tujuan itu, meskipun kita sendiri memiliki keterbatasan. Khan adalah penderita Asperger’s Syndrome dia berjalan sendirian mengembara untuk menemui presiden America agar bisa kembali bersama istrinya. Pikiran yang simpel tapi tanpa disadarinya, dia sedang memperjuangkan umat muslim yang didiskriminasi karena peristiwa 9-11.
Di perjalanannya, ia juga menunjukkan kasihnya yang tulus kepada orang nonmuslim. Karena dia tidak melihat orang dari hal-hal sosial itu. Tapi dari perbuatan (yang awal tadi saya bilang). Ia bertemu dengan Mama Jenny dan di Funky Hair (ga tahu namanya) yang memberinya tumpangan di tengah perjalannya. Ketika dia telah berpisah dengan mereka, ia melihat berita bahwa sedang terjadi bencana di Georgia, tempat tinggal Mama Jenny. Badai besar mengamuk disana. Tanpa ba,bi,bu lagi dia langsung menuju tempat tersebut. Dia hanya ingat satu hal, Mama Jenny tidak boleh mati karena ia orang baik. Dia hanya ingin memastikan Mama Jenny selamat. Ia berjalan di tengah banjir setinggi pinggang manusia dan ditengah hujan deras. Perkampungan Mama Jenny hancur dan ia berjalan menuju gereja tempat Mama Jenny pernah mengajaknya. Dan ternyata Mama Jenny dan di funky hair selamat.
Mama Jenny sangat terharu melihat Khan datang mencarinya. Demi keselamatan pria baik hati itu Mama Jenny menyuruhnya pergi. Namun Khan tidak mau, ia bertahan disana untuk membantu. Dan tanpa disadarinya, ternyata ia telah menggerakkan orang televisi dan saudara muslimnya untuk datang dan membantu. Ini adegan yang paling menyentuh dan berhasil membuat saya banjir air mata sampai akhir film. Funky hair berteriak dari luar gereja, ketika Khan dan orang-orang di dalamnya keluar mereka melihat ditengah hujan dan banjir itu banyak saudara seimannya yang datang membantu. Adegan ini seperti meruntuhkan semua diksriminasi dan pengotak-ngotakan manusia. Tidak ada islam, kristen, kulit putih atau kulit hitam saat itu. Hanya orang baik yang melakukan hal-hal baik. This is my favorite scene!
Saat itu, penyiarnya mengatakan, “God don’t recognize human being by their blood or colour but deeds”. Di film ini juga menunjukkan peran media dalam menggerakkan orang dan mendukung seseorang. Ketika Khan sempat ditangkap karena dikira teroris, seorang jurnalis mencari cara untuk mengetahui maksud kata-kata Khan ”my name is Khan and I’m not a terrorist”. Yang pada akhirnya jelas sudah bahwa ia hanya ingin mengatakan itu agar keluarganya tidak mendapat masalah karena namanya itu. Khan itu identik dengan islam dan waktu itu settingnya setelah peristiwa 9-11.
Btw, ada yang sadar tidak pas adegan saudara muslim si Khan datang membawa bantuan, mereka kan jalan di tengah badai lalu para korban yang kristen menunggu di pintu. Pas mereka sudah dekat disambut dan ditolong keluar dari banjir itu masuk ke dalam gereja itu. Film ini memang kaya dengan unsur semiotika. Keren banget… Bukankan adegan ini seperti mau bilang, “Selama ini kita terpisah oleh ‘badai’ yang menghalangi kita. Tapi ketika kita mau menerobos badai itu dengan menanggalkan perbedaan itu kita ini sebenarnya saudara. Kita seharusnya saling menerima dan saling menolong.” Ya Tuhan, film ini keren abiss!!
ada dua orang. yang satu bawa pedang yang satu bawa lolipop.
di antara mereka mana yang hindu dan mana yang islam?
Hidup di Indonesia yang penuh sesak hingga bergesekan dengan yang namanya pluralrsm saya tidak menemukan orang yang berpikiran sama seperti Khan. Masih banyak orang yang melihat sesamanya by his blood or colour. Sering dengar kalimat ini ga: “Kamu kenal anak Cina yang itu tidak?” atau yang bilang,”Kalau yang keriting, hitam itu pasti orang papua/timur”. My Name Is Khan sudah mengagajarkan hal penting. Kita tidak semestinya melihat manusia dari agama, ras, warna kulit, dan berbagai hal lainnya, tapi dari perbuatannya.di antara mereka mana yang hindu dan mana yang islam?
Khan juga mengajarkan hal yang romantis loh…. Khan adalah penderita Asperger’s Syndrome. Dia takut dengan suara keras dan takut dengan warna kuning. Saya ingat waktu dia menulis di jurnalnya tentang istrinya, “aku takut akan banyak hal. Namun yang paling kutakutkan adalah kehilanganmu,” soooooooo romantic ya kan? Dia sudah jatuh cinta dengan istrinya sejak pertama kali mendengar suara istrinya. Dia mencari sumber suara itu dan menemukan istrinya. Meskipun awalnya ditolak, tapi pada akhirnya dia diterima.
Di film ini saya juga menemukan hal yang sangat kontras. Waktu istri adik Khan dilecehkan (jilbabnya di lepas paksa seseorang dari belakang) setelah peristiwa 9 november (9-11) itu Khan bersama istrinya datang ke rumah adiknya. Sebagai orang yang punya penyakit biasanya selalu berada di posisi yang lemah di film-film kebanyakan. Tapi disini, di film ini saya malah melihat adiknya yang sehat walafiat yang bersandar di pundak Khan dan menangis.
Khan, menunjukkan pada kita bahwa selama kita punya tujuan yang jelas tanpa mengabaikan orang-orang yang ada di sekitar kita kita pasti bisa mencapai tujuan itu, meskipun kita sendiri memiliki keterbatasan. Khan adalah penderita Asperger’s Syndrome dia berjalan sendirian mengembara untuk menemui presiden America agar bisa kembali bersama istrinya. Pikiran yang simpel tapi tanpa disadarinya, dia sedang memperjuangkan umat muslim yang didiskriminasi karena peristiwa 9-11.
Di perjalanannya, ia juga menunjukkan kasihnya yang tulus kepada orang nonmuslim. Karena dia tidak melihat orang dari hal-hal sosial itu. Tapi dari perbuatan (yang awal tadi saya bilang). Ia bertemu dengan Mama Jenny dan di Funky Hair (ga tahu namanya) yang memberinya tumpangan di tengah perjalannya. Ketika dia telah berpisah dengan mereka, ia melihat berita bahwa sedang terjadi bencana di Georgia, tempat tinggal Mama Jenny. Badai besar mengamuk disana. Tanpa ba,bi,bu lagi dia langsung menuju tempat tersebut. Dia hanya ingat satu hal, Mama Jenny tidak boleh mati karena ia orang baik. Dia hanya ingin memastikan Mama Jenny selamat. Ia berjalan di tengah banjir setinggi pinggang manusia dan ditengah hujan deras. Perkampungan Mama Jenny hancur dan ia berjalan menuju gereja tempat Mama Jenny pernah mengajaknya. Dan ternyata Mama Jenny dan di funky hair selamat.
Mama Jenny sangat terharu melihat Khan datang mencarinya. Demi keselamatan pria baik hati itu Mama Jenny menyuruhnya pergi. Namun Khan tidak mau, ia bertahan disana untuk membantu. Dan tanpa disadarinya, ternyata ia telah menggerakkan orang televisi dan saudara muslimnya untuk datang dan membantu. Ini adegan yang paling menyentuh dan berhasil membuat saya banjir air mata sampai akhir film. Funky hair berteriak dari luar gereja, ketika Khan dan orang-orang di dalamnya keluar mereka melihat ditengah hujan dan banjir itu banyak saudara seimannya yang datang membantu. Adegan ini seperti meruntuhkan semua diksriminasi dan pengotak-ngotakan manusia. Tidak ada islam, kristen, kulit putih atau kulit hitam saat itu. Hanya orang baik yang melakukan hal-hal baik. This is my favorite scene!
Saat itu, penyiarnya mengatakan, “God don’t recognize human being by their blood or colour but deeds”. Di film ini juga menunjukkan peran media dalam menggerakkan orang dan mendukung seseorang. Ketika Khan sempat ditangkap karena dikira teroris, seorang jurnalis mencari cara untuk mengetahui maksud kata-kata Khan ”my name is Khan and I’m not a terrorist”. Yang pada akhirnya jelas sudah bahwa ia hanya ingin mengatakan itu agar keluarganya tidak mendapat masalah karena namanya itu. Khan itu identik dengan islam dan waktu itu settingnya setelah peristiwa 9-11.
Btw, ada yang sadar tidak pas adegan saudara muslim si Khan datang membawa bantuan, mereka kan jalan di tengah badai lalu para korban yang kristen menunggu di pintu. Pas mereka sudah dekat disambut dan ditolong keluar dari banjir itu masuk ke dalam gereja itu. Film ini memang kaya dengan unsur semiotika. Keren banget… Bukankan adegan ini seperti mau bilang, “Selama ini kita terpisah oleh ‘badai’ yang menghalangi kita. Tapi ketika kita mau menerobos badai itu dengan menanggalkan perbedaan itu kita ini sebenarnya saudara. Kita seharusnya saling menerima dan saling menolong.” Ya Tuhan, film ini keren abiss!!
Comments
Post a Comment