Skip to main content

Posts

Showing posts from 2011

Kalau Buku Bisa Ngomong

Oleh: Agriani Stevany Kadiwanu “Hey teman! Hampir 2 tahun sejak kita datang dari Pabrik, tapi belum pernah berjalan-jalan di pulau ini. Lihat, tubuhku penuh dengan debu dan.... ewh! Seekor laba-laba merambat di tubuhku!” “Kau ini mengeluh terus, sudahlah, pasrah saja. Kau lihat saja keadaan kita sekarang. Bagaimana mungkin kita bisa jalan-jalan, kalau kita terjebak di ruangan terkunci ini dan bertumpukan dengan teman-teman lainnya. Bernafas pun sulit!” Ini hayalanku akan obrolan buku-buku di perpustakaan SD GMIST Sion Enggohe kala belum diaktifkan. Setumpuk buku-buku bagus yang tercampur aduk, tidak ada klasifikasi, masih terlihat baru tak tersentuh, terkunci dalam suatu ruangan yang begitu luas. Lantai ruangan merindukan dijejaki kaki mungil murid SD ini. Buku-buku haus akan sentuhan dan tatapan ingin tahu anak-anak. dan pintunya, ia terus menunggu seseorang membukanya. Bukan untuk menyimpan barang di dalam perut ruangan, tetapi untuk bertemu dengan teman-teman bukunya. Aku mendenga

Pertama

Kata orang segala sesuatu yang pertama akan berkesan Pacar pertama Bayi pertama Hari pertama di tempat kerja Dan masih banyak hal pertama lainnya Selain berkesan, pertama identik dengan juara, terhebat, paling, terbaik, penting Posisi pertama, adalah posisi yang membanggakan Posisi yang penting bagi kebanyakan orang, tak ingin direbut Karena menjadi yang pertama begitu penting, maka setiap orang sejak kecil hingga dewasa berusaha untuk menjadi yang pertama Juara pertama di kelas Juara pertama dalam perlombaan Penemu pertama akan suatu benda atau jasa Orang pertama yang menginjakkan kaki di bulan Muncul pula yang namanya Hak Cipta untuk mematenkan siapa yang pertama membuat sesuatu Namun, kita tidak boleh melupakan bahwa setelah yang pertama, masih ada selanjutnya Kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya Bagaimana membuat yang pertama ini dapat dilanjutkan hingga seterusnya, itu yang penting Apalagi jika hal itu berguna atau bermanfaat bagi semua orang Jangan sampai hanya berhenti di p

Di Tepian Sumur Kita Bercerita

Oleh : Agriani Stevany Kadiwanu Berlindung di bawah pohon pala di samping sumur, aku nimbrung dengan seorang Ibu yang sedang mencuci pakaian. Cucian kotor menumpuk. Satu-satunya cara supaya aku kuat menghadapi tantangan mencuci baju kotor menumpuk menyebalkan dan membuat lelah jiwa ragaku itu ialah dengan cara bercerita dengan si ibu. Ada suatu kedekatan yang terjalin di antara sesama pencuci baju. Proximity. Kedekatan emosi. Kami mulai bercerita kesana-kemari. Bukan berarti kami bercerita sambil kesana dan kemari. Pahamilah bahwa itu ungkapan. Jangan coba-coba bilang, “apa sih?” karena aku sedang ingin bercerita dengan cara yang menyebalkan. Si Ibu, yang bernama Ate (bukan nama sebenarnya) bercerita tentang anaknya dan bagaimana ia akan berusaha semampu mungkin agar anaknya bisa sekolah sampai tingkat tertinggi, atau minimal menyelesaikan wajib belajar 12 tahun. Aku akui, anaknya memang pintar. Anaknya terkenal pandai dan haus pengetahuan di kampung ini. Selain anak sulung yang k

"Mata, Rambo, Tatto, Gigi"

Stanley, entah kata atau kalimat apa yang bisa menggambarkan betapa spesialnya anak ini. Mau bilang Nyolot tapi takutnya tidak membawa aura positif. Kegiatan Stanley setiap hari adalah menghina temannya atau menyambung semua perkataan guru. Istilah jaman dulunya, nakal. Biar kugambarkan perawakannya, tinggi semeter kotor, kulit sangat hitam dengan ukuran gigi yang melebihi normal, serta bintik-bintik putih di sekitar hidung dan dagu atau nama populernya, panu. Kegiatan sehari-hari dari anak ini adalah menghina semua teman kelasnya. Beberapa contoh: Pertama, Sarif. Sarif adalah salah satu anak yang imut, berbadan kecil dengan mata berbinar. Dia dihina Stanley dengan sebutan “MATA.” Hal ini karena mata Sarif memang agak besar. Kedua, Reva. Reva dijuluki “RAMBO” oleh Stanley, entah mengapa. Saya tahu Reva tidak suka disebut demikian. Ketiga, Shinta. Shinta dijuluki “TATO” oleh si Stanley, ini juga saya tak tahu apa asal muasalnya. Setiap hari Stanley semakin menjadi-jadi. Dia ketua kelas,

23 Tahun yang Hening

No surprise party, no bithday cake, no family, no best friend, just me, myself, and i. Usiaku beranjak dari posisi 22 ke angka yang lebih besar 1 tingkat, 23. Hanya doa syukur yang kupanjatkan kepada Allah, menjadi bukti bahwa hari ini aku berulang tahun. Tidak ada orang di rumah yang temaram ini. Hanya aku sendiri. Hanya bunyi langkah kaki terdengar di telingaku malam ini. Mondar – mandir mencari sinyal di dalam rumah, berharap menerima SMS selamat ulang tahun dari para kerabat dan teman. Setidaknya, SMS itu menandakan aku tidak benar-benar sendirian di rumah ini. Telepon dari orang terdekat masuk, leganya hatiku. Di jaman yang serba canggih ini, segala ucapan pasti masuknya lewat dunia maya. Facebook, apalagi kalau bukan situs itu? Oh, masih ada twitter! Tapi sayang, tak dapat kulihat disini. 23 tahun yang hening, takkan kulupakan. Enggohe,18 September 2011.

Biar Jo Kita yang Ganti

Hari jumat yang mendung, sejuk, sempat rintik, saya dan 4 orang murid kelas 5, kelas waliku, sedang bersantai di pondok baca. Kami belum pulang. Sudah tidak ada orang di sekolah, hanya tinggal kami berlima yang bercanda sambil melihat foto-foto dan berbagai video yang kami buat bersama. Potongan memori yang kami buat selama 3 bulan bersama. Ketika sedang bersantai itu, Sarif, salah satu muridku berkata, “Ibu, ayo kita les! Kita suka mo pintar. Kalo itu anak kelas 4 tidak datang, biar kita yang ganti. Kita suka,” serunya dengan mata hampir keluar dari penampangnya alias melotot saking seriusnya. Senang sekali mendengar semangat belajar muncul dari dirinya. Baiklah, saya juga tidak boleh kalah dari Sarif. Saya juga harus lebih semangat lagi berbagi ilmu.

“Ibu nyanda usa balek lagi, disini saja. Kita mo tanggung de pe doi”

Di suatu siang yang mendung, saya sedang duduk-duduk di atas bale-bale yang terdapat di samping rumah ibu guru kelas 1. Seperti biasa, anak-anak suka bermain di pantai. Kebetulan, rumah sang ibu guru pas di depan pantai. Begitu melihatku ada disitu, mereka beramai-ramai datang. Kami mulai bercerita kesana-kemari, karena memang pada dasarnya anak-anak muridku ini cerewet-cerewet. Sampai tiba-tiba seorang anak mengangkat topik demikian, “Ibu nyanda usa bale lai. Tinggal disini saja terus-terus sampe nanti” maksudnya, saya disuruh tinggal disini, di Enggohe selamanya. Saya balas begini, “bagaimana ibu mau tinggal disini? Sapa mau tanggung ibu pung hidup disini?” anak tadi kemudian dengan senyum nakalnya berkata, “biar kita yang mau tanggung de pe doi ibu” temannya yang lain juga mengiyakan. Lalu ia melanjutkan, “ibu jemput semua ibu pung keluarga di NTT sana, bawa ke sini,” katanya. Hahaha... lucu sekali anak-anak ini. Jadi agak besar kepala jadinya, disayang begini. Saya lalu membalas la

"Kita So Nyanda Mo Tabodo Lai"

Pada suatu sore, sepulang pelajaran tambahan di sekolah, salah satu anak kelas 5, murid waliku, Riafni berkata, “Ibu, kita so nyanda mo tabodo lai. Hari-hari belajar terus dengan ibu” katanya sambil berlari-lari kecil di sampingku, berusaha menyejajarkan langkahnya. Harapanku sama dengan perkataannya. Les setiap hari ini aku harap dapat mencerdaskan mereka sedikit demi sedikit.

“Yang bohong, BISUL!”

Pada suatu siang, hari-hari biasa di sekolah, pelajaran sedang berlangsung di kelas 5 SD GMIST Sion Enggohe. Sementara pelajaran berlangsung, seorang murid bernama Sarif Israel berkata, “Ibu, saya pung pantat kena bisul. Gara-gara ibu ada bilang.” Spontan aku tersenyum. Kuingat kembali kata-kata yang biasanya kugunakan untuk mengancam anak-anak yang suka berbohong, “Betul atau bohong? Kalau bohong, bisul!” Kebetulan yang lucu. Entah mereka percaya atau tidak, yang pasti, kalau bohong lagi, BISUL!

"Ibu Malas!"

Noverli yang baju kotak-kotak merah Suatu siang, aku mengajar kelas IV karena tidak ada guru di kelas mereka. Kami belajar matematika, tentang pembagian bersusun. Entah sudah berapa kali menjelaskan materi ini, namun mereka tak kunjung mengerti. Raut kebingungan masih tergambar jelas di muka Vega, Lia, Pipin. Sikap acuh masih ditunjukkan oleh Saidin, Meldy, Jun, dan Stavol. Teriakan lantang bahwa basih belum mengerti masih diserukan Noverli. Hanya satu orang yang terlihat sudah tercerahkan, Aprisye. Karena kelelahan menerangkan materi yang sama berulang-ulang hari itu, tanpa sadar aku menguap. Noverli, dengan sigap berkata, “Ibu tadi menguap to?” pada awalnya aku tak sadar bahwa aku menguap. Tapi tidak mungkin Noverli berbohong. Aku pun menjawab, “Ia. Memangnya kenapa kalau ibu menguap?” Dengan santainya, dengan senyum polosnya, Noverli berkata, “Berarti ibu malas no!” Hahahahaha... iya Noverli, ibu akan lebih sabar mengajar kalian walaupun tak kunjung mengerti.

“Karet Pengusir Kuntilanak”

Minggu ke dua September, suasana mencekam meliputi seluruh desa Bukide. Pasalnya ada seorang ibu hamil yang meninggal dengan bayi masih di dalam perut. Ada cerita bahwa hantu si ibu sedang mencari bayinya. Kepercayaan masyarakat Bukide, apabila seorang ibu hamil meninggal beserta bayi di kandungannya maka ia akan menjadi kuntilanak yang berkeliaran setiap malam selama 3 hari untuk mencari anaknya. Tidak ada anak kecil akan berani berjalan sendirian ketika hari mulai gelap, anak-anak balita sudah di dalam rumah bila gelap dan dipakaikan peniti yang ada bawangnya di baju mereka. Hal tersebut untuk mengusir setan ceritanya. Orang tua juga tidak sedikit yang mempercayai hal ini. Lucunya, ada seorang murid yang berkata kepadaku, “Ibu jaga bajalan kalau malam? Jangan bajalan ibu, itu setan ada mo bajalan. Kalau anak-anak kena racunnya nanti mau mati.” Kujawab dengan polos, “Ibu kan bukan anak-anak. Jadi tidak apa-apa to?” Lama Riafni terdiam, lalu menjawab, “Ia ibu, tapi jangan bajalan malam

Anak-anak di Ujung Utara Indonesia

Sangihe My new world for 1 year

Cerdas itu...

"Manusia yang cerdas adalah manusia yang mampu melewati kesulitan dalam hidupnya" Teori ini kudapatkan dari sesi Multiple Intelligence yang dibawakan oleh Bapak Munif Chotib dalam pelatihan intensif Indonesia Mengajar. Kalimat ini juga menjadi salah satu kalimat motivasi yang menguatkanku ketika berada dalam masalah. Rutinitas di Wisma Hubla (lokasi pelatihan) dan juga padatnya kegiatan kami terkadang membuat saya merindukan zona nyaman saya yang dulu. Hal lain yang juga dapat menjadi pegangan saya ketika menghadapi masalah adalah salah satu sesi kepemimpinan yang menekankan bahwa: Fokuslah pada Solusi. Arti dari kelimat itu adalah, ketika kita mengalami masalah, tidak perlu mencari kambing hitam, saling menyalahkan, tetapi fokuslah untuk mencari solusi dari masalah tersebut. Kalimat lain yang setema, ini saya dapatkan ketika membaca renungan harian: Masalah selalu datang bersama dengan solusi.

Kiu Bahagia by Sherina

Kita bermain-main Siang-siang hari senin Tertawa satu sama lain Semua bahagia semua bahagia Kita berangan-angan Merangkai masa depan Di bawah kerindangan dahan Semua bahagia semua bahagia Matahari seakan tersenyum Reff: 2x Walau makan susah Walau hidup susah Walau tuk senyumpun susah Rasa syukur ini karena bersamamu juga susah dilupakan Oh ku bahagia Oh ku bahagia Kita berlari-lari Bersama mengejar mimpi Tak ada kata tuk berhenti Semua bahagia semua bahagia semua bahagia semua bahagia Matahari seakan tersenyum Back to Reff: 2x Oh ku bahagia oh ku bahagia Back to Reff: 3x Oh ku bahagia Oh ku bahagia Oh ku bahagia lagu ini poas banget sama keadaanku sekarang. Berusaha meyakinkan diri bahwa pilihan saya ini tidak salah. Maju terus menjadi Pengajar muda demi mencetak generasi bangsa yang luar biasa dari pelosok Indonesia. YES WE CAN!!!!

Mubarak turun tahta..okay...hmm...what's next??

Hari ini akun Twitter dan Facebook rame banget sama update-an sorak-sorai karena Mubarak, Presiden Mesir turun tahta. Berita sebelumnya yang saya tahu sih, dia janji ga bakal mencalonkan diri lagi di pemilu selanjutnya. So, saya ga bisa jelasin kenapa dia turun tiba-tiba. Hal yang mau saya bahas di postingan ini adalah, soal euforia Mesir yang sampai di Indonesia. Kok rasanya Indonesia ikutan senang Mubarak turun?? Emang mereka benar2 mengerti?? Atau cuma ikut rame aja?? Tadi waktu buka twitter, wedeeeeh banyak amat retweet tentang Mubarak turun. Buka Facebook juga sama. Maka tergelitiklah saya menjawab pertanyaan facebook: what's on your mind? Saya akhirnya update status FB. Kira-kira seperti ini: Mubarak turun...okelah...lalu selanjutnya apa? Ada rencana apa? Ini kan negara, bukan kelas yg seenaknya bisa ganti2 ketua kelas. Kenapa ga sabar dikit? Toh, mubarak sudah janji tdk akan mencalonkan diri lagi... Ada yang protes di status saya itu. Katanya, kita ga tau perasaan org mesir.