Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2013

Mengendalikan Diri

"Dibaik-baikin tapi malah kelewatan, pengen gue tonjok deh mukanya!" Itulah kalimat yang terkadang dilontarkan oleh orang yang emosi. Perkataan itu bukan tidak jarang menjadi kenyataan ketika keadaan mendukung. Di sinilah kemampuan mengendalikan emosi dibutuhkan.  Pertanyaan pertama,  Apakah dengan menonjok mukanya dia akan menjadi orang yang tahu berterima kasih? Yang terjadi malah lebih buruk. Dia akan membenci kita, begitu pula kita akan membenci dia. Hasil yang sama sekali tidak oke. Pertanyaan kedua,  Selain menonjok wajahnya, adakah cara lain yang hasilnya kita puas dia pun membaik? Misalnya, dari diri kita, kita harus konsisten dengan pendirian kita dan menyampaikan jika ada yang tidak sesuai secara langsung. Apakah Anda sudah bisa mengendalikan diri? Semua butuh proses. Cobalah dari hal-hal kecil kemudian teruskan ke hal-hal yang lebih kompleks. Pengendalian diri dibutuhkan seumur hidup kita.

Gunakan Kalimat yang Bersimpati

Sejak kecil kita sudah belajar PKN, kita juga diajari sopan santun oleh orang tua. Pada beberapa keluarga bahkan kita diajarkan bagaimana untuk selalu berkata sopan kepada siapa pun. Hari ini saya merasa sedikit terganggu dengan perkataan orang yang menurut saya kurang sopan dan tidak bersimpati sama sekali. Meskipun hal itu tidak ditujukan kepada saya, tetapi saya pun merasa sedih. Jika hal itu ditujukan buat saya, sedihnya pasti jadi dobel. Ada seorang guru yang selalu sakit. Sebagai rekan kerja seruangan, seharusnya kita memberi semangat atau kalau tahu obat yang mujarab untuk mengobati, bisa diusulkan ke dia, agar dia menjadi lekas sembuh. Bukannya menyerang dengan kalimat tak bersimpati. Toh, dengan demikian, ia tidak menjadi sembuh. Sekali lagi, usia memang tidak menentukan kedewasaan berpikir seseorang. Satu lagi, jadilah orang yang bersimpati.

Komunikasi dalam Perusahaan atau Tempat Kerja Multikultural

Berada dalam suatu tempat kerja yang berisi multikultural employee itu tidak mudah. Banyak issue yang merebak, termasuk isu komunikasi. Meski pun yang digunakan adalah Bahasa Pemersatu Dunia alias Bahasa Inggris, tapi masalah bisa datang dari mana saja. Masalah bisa datang dari nada bicara kita, bahasa tubuh kita, pemilihan kosakata, hingga waktu yang diambil untuk memutuskan menyampaikan sesuatu. Kita harus berhati-hati dengan pandangan bahwa ekspatriat lebih baik dari orang lokal. Ah,a! Jangan terkecoh. Ini masalah karakter dan kedewasaan tiap orang, bukan masalah dari negara mana kamu berasal, warna kulit, bahasa utama negara, atau di mana kamu berkuliah. Semua kembali kepada kualitas mental dan emosi tiap orang. Seringkali, hal menyangkut komunikasi itu mengundang perselisihan, rasa iri, kebencian, dan mungkin juga kesalahpahaman. Untuk itu, setiap orang dalam lingkungan yang menantang ini harus lebih hati-hati dan peka. Kemauan untuk saling mengerti dan mengomu

Cara Berbicara dengan Anak yang Ngambek

"I wish life is better, i wish i kill my self" Itulah kalimat yang ditulis salah satu muridku (kelas 3 primary school) ketika saya minta mereka menuliskan permohonan mereka untuk kelas 4 nanti. Syaratnya adalah semuanya harus permohonan yang positif. Tapi entah kenapa murid yang satu ini menuliskan di luar dari permintaan. Saya pun mencoba mendekatinya. Mencoba berbicara dengannya. Ketika proses pendekatan itu, dia merobek kertasnya menjadi potongan-potongan kecil, dia melemparkan kacamatanya, dia melemparkan nametag-nya, hingga tempat pensil. "Verena, melemparkan barang-barang tidak akan menyelesaikan masalahmu. Kamu sudah besar. Cara menyelesaikannya adalah ngobrol sama orang dewasa," itulah yang kukatakan padanya. Kami pun janjian untuk ketemu setelah kelas usai. Seharusnya saya punya kelas lain setelah dari kelasnya. Untungnya, saya bawa soal latihan buat dikerjakan oleh mereka supaya tidak ribut seenaknya selama saya berbicara dengan Verena. Sete

Meet A Stranger

Hari ini tidak seperti hari Minggu biasanya, saya ke gereja siang hari untul kebaktian Pukul 15.00 di Upper room. Biasanya saya selalu gereja pagi, tapi karena satu dan lain hal saya harus merubah kebiasaan itu. Saya berangkat dari pukul 12.00 dan tiba terlalu cepat 1 jam. Ketika berjalan kaki menuju gedung gereja, saya bertemu dengan seorang pria keturunan Tiong Hoa yang kebingungan mencari letak gereja. Ini pertama kalinya dia akan ikut kebaktian di gereja kami. Kami akhirnya bersama-sama ke gereja, terlibat dalam percakapan perkenalan sehingga saya harus mengabaikan Charles Dickens dengan Oliver Twist di tanganku. Hingga masuk ke ruang ibadah pun kami bersama. Rasanya agak aneh. Jujur saja saya lebih suka beribadah sendiri tanpa bersama orang yang mengenalku. Tapi saya pun bukan orang yang introvert. Hingga ibadah usai, si Pria bernama Herman ini pun masih bersama saya. Kami akhirnya berpisah ketika saya berkata ingin ke toilet. Setelah itu, ketika saya pulang saya sempat berpapa

16 Wishes

Apa yang akan kamu minta jika kamu punya 16 permintaan yang akan jadi kenyataan setiap kali kamu memikirkannya? Keberuntungan ini dialami oleh Abby, seorang gadis yang sangat tidak sabar untuk segera merayakan ulang tahun ke-16. Sejak usia 8 tahun, Abby telah membayangkan bagaimana ia kelak ketika berusia 16 tahun. Setiap tahun ia menuliskan 1 harapannya. Hingga pada tahun ke-8, yaitu pada ultahnya yang ke-16, seorang peri datang memberikan ia 16 lilin yang akan mengabulkan setiap permintaannya. Apakah semuanya berjalan dengan baik? Tentu tidak. Nikmati petualangan Abby, lilin ajaibnya, musuhnya si kompetitif Crista, dan sahabat baik Abby si Jay. Film ini sangat cocok dikonsumsi para remaja yang ingin cepat-cepat menjadi dewasa. Filmnya lucu, fun, fashionable, dan keren. Oh, juga penuh keajaiban! Saksikanlah 16 WISHES. semoga kalian suka :))

Aku Suka Menulis

Menulis... Bagi sebagian orang, menulis itu kegiatan yang membosankan. Tapi bagi sebagian orang, termasuk saya, menulis adalah terapi. Dengan menulis, setengah beban pikiran tertuang dan badan terasa lebih ringan. Dengan menulis, hal yang tak terucap dapat terungkap. Dengan menulis, hati menjadi senang dan memori dapat terekam lebih lama. Jadi, siapa yang punya perasaan yang sama?

List of my BFF or Ex-BFF

Ok, may be these are not important to you, but these are for me. List of my BFF: - MARLIN     my childhood bff. We play, fight, jealous about toys and play again. - IN    my cousin and my bff. We always play together and looking for each other every school holiday. - YUNI & YANTI     both of them were my junior high bff. We talk, gossiping, play, singging, aguing, fight, and play again. - JEKON, AJ, GIA, ICAD, ECUN, RIAN     we called our group as ARISAN GANK. Contains of the best students in school. We study together, help each other, playinf and travelling together. They make my teen life awesome! -  ANGEL, JENIE     My university BFF. We doing our things together. I learn alot from them. - JENG GALAK   Consist of many person who i hang out the most outside my campus. But we r in the same university. Met in church and become friends.

Everything is On-line

I usually sat down in someone of my friends place and talk about anything. Now, i sit down in my room and online. I dont like this kind of friendship. I prefer to meet them, but we r all living separated. And this is makes me feel sad. I need my friends. People who live in Jakarta know nothing about friendship. OMG, do i sound miserable or something?  hehehe

Be Grateful

Ok topik hari ini adalah tentang be grateful. Bersyukur, give thanks buat segala hal yang telah kita terima.  Mr. Manoharan, Vice Dean of Secondary School di tempatku bekerja tadi pagi bilang begini: "Gratefull more = complain less" Ya, saya tahu tidak persis seperti itu, tapi kira-kira itulah poin utama yang coba ia sampaikan tadi pagi waktu morning assembly. Menurut saya, apa yang ia sampaikan itu makes sense. Ketika kita menghitung berkat, kita akan melihat bahwa hal yang kita keluhkan itu tidak ada apa-apanya dibanding semua berkat yang telah kita terima. Berkat dalam konteks bukan hanya yang besar-besar. Berkat kecil pun patut diperhitungkan, kita sering lupa hal ini. Tadi, semua peserta morning assembly, baik guru maupun murid harus menyampaikan pada orang di sebelah kanannya apa hal yang disyukuri kemarin. Saya mengambil waktu cukup lama karena saya bingung mau mulai darimana. Buat saya, semua yang saya terima kemarin terlalu banyak untuk di-list. A

Mama, Im on TV!!

Entah banyak orang sudah mengalami atau tidak, tapi saya, dan orang-orang dekat saya telah mengalaminya. Perasaan senang ketika orang yang kita kenal masuk TV, baik cuma sedetik atau sejam, baik sebagai penonton, figuran atau tokoh utama, ada rasa bangga tersendiri yang dirasakan. Norak? Ga juga... Menurut saya itu normal sekali.

Saya, hidup, Jakarta dan lintasan kehidupan

Akhir- akhir ini saya sering bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya yang ingin saya capai? Terlalu banyak ambisi tetapi sedikit keyakinan. Mungkin keyakinan itu ada, tapi tidak cukup kuat untuk tahu apa yang sebenarnya tepat untukku. Saat ini saya merasa seperti Bayek dalam novel IBUK yang hidup dengan bekerja, belajar, membantu keluarga. Tapi seperti ada hal yang hilang, sesuatu yang kosong menunggu untuk diisi. Tapi saya tidak tahu apa itu. Entah itu sisi sosial, seni atau pergaulan. Entahlah. Jakarta tidak beda seperti penggambaran New York oleh Iwan Setyawan dalam novelnya IBUK. Kota ini menawarkan banyak hal menarik tetapi berisi jiwa yang kesepian dan rapuh. Kalian bisa menemukan banyak hal di sini, sekaligus kehilangan banyak hal. Kosong... Hampa... Tapi saya percaya bahwa ini salah satu lintasan yang harus saya lalui sebelum mencapai garis finish yang ditentukan Pencipta kehidupan. Yang harus saya lakukan saat ini hanya berlari... Berlari hingga hilang pedih perih...

Anna Karenina - perselingkuhan tiada akhir

You can't ask "why"  about love. Ya, kita memang tidak dapat bertanya seperti itu mengenai perasaan. Tapi saya yakin kita bisa mengendalikan buah dari perasaan kita. Maksud saya, perbuatan kita. Anna Karenina adalah seorang wanita terhormat yang cantik. Diperankan oleh Keira Knightley. Ia telah bersuami (diperankan Jude Law)dan memiliki seorang anak laki-laki yang sangat dikasihinya. Dalam kisah di film ini, Anna bertemu dengan seorang pria tampan dan mereka jatuh cinta. Suami Anna mencium gelagatnya dan memperingatkannya dengan rendah hati. Tapi Anna, mengabaikannya dan bertindak seperti wanita sinting (menurut saya). Anna pun hamil. Setelah melahirkan, ia sekarat. Hampir mati. Dia pun memohon pengampunan dari suaminya. Padahal dia telah lari dari rumah dan tinggal dengan selingkuhannya. Lagi-lagi, suaminya memaafkannya, bahkan memaafkan selingkuhannya. Apakah semua kemudian berakhir? Tidak. Anna tidak meninggal dan dia kembali menghianati suaminya dan lari lagi de

TAKDIR

"Anak dengan tanda seperti ini pada akhirnya akan selalu menyusahkan orang tua, dan buat orangtuanya mati" Saya lupa siapa tepatnya yg pernah berkata seperti itu pada orangtua saya, ketika saya masih kecil. Hanya karena ia melihat satu tanda di badan saya. Sejak hari itu, saya bertekad tidak akan mengijinkan apa yang dia 'nubuatkan' terjadi. Tuhan pun berpihak padaku. Saya jauh dari menyusahkan orangtua. Saya terus berusaha membuat bangga Bapa dan mendapatkan yang terbaik dalam kehidupanku :)