Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2013

Jakarta dan Banjir

Ketika banjir datang...

Taman Baca Namu Angu 1

Berawal dari niatan masing-masing, dituntun oleh tangan tak terlihat, kemudian bertemu dengan orang-orang baru yang semuanya dikenal lewat dunia maya. Hanya satu hal yg mempersatukan kami. Keinginan untuk melakukan sesuatu bagi Sumba, tanah kelahiran kami. TAMAN BACA NAMU ANGU 1 BUKA : Senin-Sabtu PUKUL: 16.00-20.00 wita LOKASI: Belakang GKS Umamapu,depan pastorinya Taman baca yg baru berdiri ini,selain sedang berusaha mengajak lebih banyak orang terlibat sebagai sukarelawan,juga sedang berusaha melengkapi buku-bukunya. Masih banyak ruang kosong di lemari buku,tetapi kami percaya bahwa Tuhan akan mengisinya melalui kepedulian anak-anaknya :)

JAKARTA's night

Jakarta mungkin tidak punya pemandangan alam yang apik untuk dijadikan penghilang penat. Jakarta adalah kota dimana kita bisa melihat arti kerja keras dan kesungguhan. Pemandangan Jakarta yang ramai di malam hari menjadi bukti bahwa kota ini begitu hidup. Kerlap-kerlip lampu dari banyak bangunan sebenarnya cukup menarik dan indah dipandang. Dimana pun kita berada, di kota, di desa, di mana saja, kiya harus selalu bersyukur dan memandang segalanya dari sisi positifnya :) Jakarta, 4 Januari 2013

Penasaran

pict: google Mau tau aja, apa mau tau banget? Mmmmm... kasih tahu ga ya? Ini nih, dua kalimat yang paling menyebalkan di seluruh dunia buat saya. Maksudnya apa coba? Kalau misalnya kita kepo atau sangat ingin tahu urusan orang lain, tentu wajar bila orang itu tidak ingin memberitahukannya kepada kita. Lain halnya bila kejadiannya seperti dua kejadian berikut ini: A          :           Guys, doain gue yah buat besok. V          :           Doain apa nih? A          :           Pokoknya doain aja. Masa ga mau temennya seneng? V         :           Ya doa kan mesti jelas juga. Masa mau doa trus ngomongnya “Tuhan berkati                         teman saya yang....yang...mmm...kasi tau ga ya?” Menyebalkan sekali bukan? Logis aja deh. Jika kamu ingin memberitahukan sesuatu, katakan. Jika memang tidak ingin membagi apa-apa, just keep it to yourself. Membagi setengah-setengah itu sangat menganggu. Jika tidak ingin ditanya, jangan memberikan sepotong kalimat men

Waktu = Mahal

pict : google Orang yang tidak tepat waktu ibarat orang yang tak menghargai hidup. Sudah dikasih gratis sama Tuhan, masih juga dibuang-buang. Apa mungkin karena gratis itu ya? Tapi cobalah dipikir. Jika waktu dan hidup mesti dibayar, sanggupkah kita? Karena hidup dan waktu pasti akan sangat mahal harganya, tak seperti harga sepotong tempe yang hanya Rp.5000 di pasar. Waktu sangat berharga bagi saya. Terkadang saya merasa sesak atau sebal dengan orang-orang yang tak menghargai waktu. Jika yang berlalu adalah waktumu, tak masalah. Asal jangan kau buang waktuku. Egois? Bukan. Saya hanya tidak ingin terseret kebiasaan orang lain. Beda halnya dengan telat karena cuaca atau kecelakaan di tengah jalan. Semua ini bermula sejak saya kecil hingga remaja. Orang tua saya adalah orang yang sangat tepat waktu. Jam 7 sekolah, jam 6.30 sudah harus ada di Sekolah. Jika di undangan tertulis Jam 7 malam acaranya, maka sebelum jam 7 kami sudah berangkat dari rumah. Kami dibiasakan untuk tep

Anak muda tidak tertidur

foto: istimewa  Buku adalah Jendela dunia. Dari buku kita dapat memelajari banyak hal. Melihat dunia luar tanpa beranjak sedikitpun dari kursi kita. Terkadang, buku dapat memberikan solusi untuk masalah yang kerap kita temui sehari-hari. Untuk itulah, membaca itu penting dan Taman Baca pun ingin kurintis. Berawal dari pemikiran sangat sederhana ketika pulang ke Waingapu. Banyak buku koleksiku dan adik hanya menjadi sarang debu, dan kami putuskan akan membuka taman baca gratis di teras rumah. Awalnya terpikir untuk menjalankannya sendiri, karena tak terlintas bayangan akan keluar lagi dari Sumba tercinta. Ternyata, Tuhan berkehendak lain. Ia memberiku kesempatan untuk belajar lagi lewat mengajar di salah satu sekolah swasta internasional di Jakarta. Lemari sudah tersedia, buku pun hanya menunggu disampul. Sayang sekali keinginan ini harus ditunda. Sampai suatu hari, ketika berkumpul bersama beberapa orang teman dekat, salah satu dari mereka, Nita Rustam bertanya, “Van,