Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2014

Mengapa menjadi guru?

Menjadi seorang guru bukan cita-cita saya sejak kecil.   Sama halnya seperti saat kita jatuh cinta. Kita tidak pernah merencanakan akan jatuh cinta kepada siapa sejak kecil. Semua terjadi melalui berbagai proses dan peristiwa. Demikian halnya keputusanku menjadi seorang guru. Bukan karena mama saya dulu juga seorang guru. Bukan karena saya memiliki banyak guru yang baik semasa sekolah dan berkuliah. Bukan. Itu semua adalah referensi bagi saya bagaimana caranya menjadi guru yang baik, bukan alasan mengapa saya memutuskan menjadi seorang guru.   Menjadi seorang guru memberikan saya kebahagiaan tersendiri. Awal mulanya adalah sejak saya menjadi seorang pengajar muda di Sangihe. Semakin terpupuk saat mengajar di Jakarta dan Sumba. Setiap pertemuan, interaksi, proses bertumbuh bersama, trial and error dalam kelas, relasi yang terbangun dengan murid membuat saya mencintai profesi ini. Mencoba, apakah bisa mendapatkan hati anak-anak, membuat mereka mencintai apa yang me

Mengapa Pergi ke Sekolah?

Kelas unggulan Juara kelas Sekolah elit Semua itu hal yang sia-sia menurut saya. Tidak penting sama sekali. Yang terpenting itu kualitas manusianya. Heran masih ada orang tua yang peduli dengan hal remeh ini. Semua hal di atas hanya harapan palsu. Tidak berlaku untuk menghadapi dunia. Dunia tidak butuh mereka yang berasal dari kelas unggulan, juara kelas atau sekolah elit. Dunia butuh manusia yang berkarya. Karya orisinil, kreatif, pemecah masalah, mampu berkomunikasi dengan baik dan punya kemampuan persuasive. Dunia tidak butuh manusia yang hanya terlihat bagus angka. Dunia butuh menusia yang sesungguhnya.  Einstein, Steve Jobs dan banyak penemu atau pencipta lainnya bahkan tidak sekolah. Mereka berkarya. Mencoba, belajar dari kesalahan, belajar apa yang mereka sukai. Pada akhirnya, mereka yang terus berkarya dan mencoba adalah mereka yang sesungguhnya mengerti makna belajar. Mereka yang belajar karena diperintah atau kewajiban pada akhirnya akan terus mempertan

Hari Minggu Ceria

Hari ini pertama kalinya saya bangun pagi,bahkan terlalu pagi di hari libur. Pukul 4 pagi saya sdh bangun dan bersiap untuk gereja subuh. Ya, gereja subuh! Hahaha... Saya sendiri tidak percaya saya bisa ke gereja subuh.  Ini semua karena janjian dengan sahabat lama, Jekon yang sudah lama tdk saya jumpai.  Jekon yg dulu kerempeng sekarang sudah berisi. Jekon yang dulu biasa menjemput saya dg motor Honda Win, sekarnlang sdh bisa mengemudikan mobil. Hanya sedikit yg tidak berubah, dia tetap sahabat yang asik dan gaya bicaranya yg seperti robot tidak berubah. Pukul 7, sepulang gereja�gerejasgey Berganti pakaian dan pergi ke rumah teman yang lain. DiAn. Ya hari Ini saya diajAk dian melihat proses pembuatan babi babi guling. Seru. MAmanyA pintar memasak. Nantikan fotonyA yaaa...hehehe

Tinju Masa Depan

Sembari menonton siaran tinju, saya berpikir mengapa di zaman secanggih ini masih ada saja olahraga sebrutal itu.  Melihat wajah atlitnya yang lebam-lebam hingga bengkak dan entah sudah berapa banyak rusuk yang retak, saya merasa tak tega. Pikiran saya melayang ke rumah dan apartemen para atlit tinju yang berlaga. Melihat kerutan cemas di wajah istri mereka. Melihat raut cemas dan rindu anak-anak yang menyaksikan siaran pertandingan ayahnya. Apakah esok ayah kan pulang? Seberapa parahkah lebamnya? Apa serunya melihat sepasang manusia saling memukul?  Tinju, tujuan utamanya adalah mendapatkan poin dari setiap pukulan pada daerah tertentu, bukan seberapa parah hasil pukulannya bukan? Lalu mengapa harus dilakukan dengan begitu kasar? Mengapa panitia tidak memberikan alat pelindung agar mereka tak lebam? Yang penting kan sasaran pukulannya, bukan lebamnya. Seandainya saja ada orang yang menciptakan pakaian khusus untuk pentinju yang terhubung dengan computer. Pada ba

Di Belakang Truk Kuning

Walau makan susah, walau hidup susah, walau tuk senyum pun susah Rasa syukur ini karena bersamamu juga susah dilupakan Oh, Kubahagia -Sherina   Natal ke dua, sore ini, kuputuskan untuk menyingkirkan rasa malas dan beranjak ke kamar mandi. Bersiap untuk mengunjungi sanak saudara dan memberi hidung sebagai salam natal. Yah, tradisi ‘pigi ciom idung’ ke rumah sanak saudara perlu dilakukan pada momentum seperti ini. Semua siap, kemana tujuanku? Yang terpikir hanya ke dua tempat, sebab tempat lain sudah kukunjungi kemarin siang. Baiklah, kuhidupkan starter sepeda motor baruku. Motor yang entah sudah berapa lama tidak kucuci. Toh akan kotor lagi. Kutancap gas, menuju rumah Oma di Matawai. Baru 5 menit berjalan, lampu merah menghentikanku. Tepat di depanku ada sebuah truk kuning bermuatan sisa-sisa rumah tangga. Tetapi bukan tumpukan itu yang menarik perhatianku, bukan juga aromanya. Mereka, seorang ayah berpakaian lusuh bersama dua orang putrinya yang b

Sahabat

Menurut kalian siapakah sahabat itu?  Apakah dia yang setiap hari bertemu denganmu?  Apakah dia yang selalu di sisimu? Buat saya, sahabat tidak harus selalu bersisian raga.  Sahabat adalah mereka yang berbagi tangis dan tawa dalam jarak. Meski terpisah jauh, meski tak sering bertemu tetapi setiap pertemuan dan perbicangan selalu sarat makna dan tulus. Saya punya beberapa sahabat jauh dan dekat. Kami mungkin tidak setiap hari bertemu. Kami mungkin tidak setiap saat berkomunikasi. Tetapi setiap pertemuan dan komunikasi yang terjadi selalu berarti, tulus dan tidak simbolis untuk media upload saja. Apakah kalian punya sahabat yang seperti itu? Saya punya.

Gabungan khayalan dan kisah nyata. Enjoy!

Pernah tidak kalian merasa yakin akan sesuatu tanpa tahu mengapa? Berbagai hal atau pikiran buruk mungkin datang, tetapi jauh di lubuk hati, kalian tahu bahwa ‘itu sudah’ tidak mungkin yang lain. Yakin 100%! Saya sedang merasakan hal tersebut saat ini, dalam beberapa aspek. Namun, saya yakin hal yang paling seru dibahas sepanjang masa adalah masalah percintaan. Suit suiiiitttt….  Saya memiliki kebiasaan untuk mencoba melupakan orang yang disukai dengan menyukai orang lain. Beberapa waktu lalu, saya sempat mengunggah sebuah status yang punya makna lain dibaliknya: “Karena bajunya terlalu mahal, terpaksa beli obralan. Ujung-ujungnya, banyak mengeluh. Mending nabung aja buat beli baju yang disukai.” Sebenarnya, saya tidak sedang berbicara tentang baju dalam arti yang sebenarnya. Saya sedang berbicara tentang perasaan saya dan tingkah laku saya sendiri. Sudah 2 tahun ini, saya menyukai orang yang sama. Orang yang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Mungkin la

Kata Orang

Kata orang, money can’t buy love. Well, not directly. Menurut saya, secara tidak langsung, uang sebenarnya dapat ‘membeli’ cinta. Wooo…wooo..sebelum protes, coba baca dulu lanjutannya. Kamu memang tidak  bisa seperti di pasar, bertransaksi dengan uang dan membeli cinta dengan mudah. It’s not love, it’s lust. Hehehe Tetapi yang saya maksud dengan uang bisa ‘membeli’ cinta adalah: ü   Untuk tampil terawat kamu butuh uang buat beli odol, baju bersih, sabun, lotion, bedak, pelembab wajah, shampoo, conditioner, pembersih wajah, pelembab bibir, gel rambut, vitamin rambut, dll. Kalau memang uang tidak dapat ‘membeli’ cinta, I dare you to fall in love with someone yang ga pernah mandi, gosok gigi, sampoan, atau merawat diri bahkan pakai baju robek-robek penuh noda. ü   Kenalan dengan cowo atau cewe, kamu tertarik, bokis banget kalau kamu tidak berusaha mencari tahu apa yang dia lakukan untuk hidup. Saya tidak menyalahkan kalian atau menuduh kalian matre. Tidak! Saya hanya ma