Kepulangan singkat ke tanah kelahiran membuat saya semakin mantap untuk kembali dan berkarya di sana.
Mengapa?
Pertama: Family matter.
Ada keadaan dalam keluarga yang membuat saya berat untuk meninggalkan mereka lebih lama lagi. Saya tidak ingin menyesal di kemudian hari karena tidak memanfaatkan waktu dengan baik bersama mereka. Uang bisa dicari di mana saja, tetapi keluarga tidak dapat kembali jika ajal terlah menjemput. So, sebelum dipisahkan oleh maut, lebih baik saya menghabiskan waktu bersama Bapa dan JC. Sebenarnya, saya baru saja kembali dari Sumba dalam rangka menghadiri pemakaman Mama Nae (Kakak dari Ayah). Beliau adalah orang terdekat setelah orang tua, Sejak kecil, hidup saya di rumahnya. Sampai sekarang saya bahkan masih belum percaya bahwa Mama Nae telah tiada.
Kedua: Community Development.
Melihat keadaan Sumba yang tidak berubah sejak saya kecil membuat saya merasa tergelitik. Kenyataan bahwa banyak anak muda bahkan beberapa golongan tua yang inovatif dan ingin bergerak untuk Sumba membuat saya optimis. Gabungan dari perasaan ini memantapkan saya untuk kembali ke Sumba. Mencoba melakukan apa yang saya bisa, bersama dengan mereka yang merasa terpanggil untuk mewujudkan Sumba yang maju.
Ketiga: Boring
Berada di Jakarta yang katanya ramai justru membuat saya merasa bosan dengan rutinitas dan semua yang ada di sini. Tidak ada yang menarik. Hanya diri saya, uang, dan mal yang saya lihat selama berada di jakarta. Semuanya membuat saya bosan. Saya ingin hidup yang lebih penuh. Lebih berarti menurut versi saya, dan Jakarta bukan jawabannya. Namun tak dipungkiri bahwa saya pun belajar banyak di sini.
So, nantikan daku wahai Sumbaku: 15 Desember 2013.
Comments
Post a Comment