Stanley, entah kata atau kalimat apa yang bisa menggambarkan betapa spesialnya anak ini. Mau bilang Nyolot tapi takutnya tidak membawa aura positif. Kegiatan Stanley setiap hari adalah menghina temannya atau menyambung semua perkataan guru. Istilah jaman dulunya, nakal. Biar kugambarkan perawakannya, tinggi semeter kotor, kulit sangat hitam dengan ukuran gigi yang melebihi normal, serta bintik-bintik putih di sekitar hidung dan dagu atau nama populernya, panu. Kegiatan sehari-hari dari anak ini adalah menghina semua teman kelasnya. Beberapa contoh:
Pertama, Sarif. Sarif adalah salah satu anak yang imut, berbadan kecil dengan mata berbinar. Dia dihina Stanley dengan sebutan “MATA.” Hal ini karena mata Sarif memang agak besar. Kedua, Reva. Reva dijuluki “RAMBO” oleh Stanley, entah mengapa. Saya tahu Reva tidak suka disebut demikian. Ketiga, Shinta. Shinta dijuluki “TATO” oleh si Stanley, ini juga saya tak tahu apa asal muasalnya. Setiap hari Stanley semakin menjadi-jadi. Dia ketua kelas, tetapi biang rusuhnya justru dia sendiri (dan Rafael). Sudah diatasi dengan cara memindahkan tempat duduknya, tetapi tidak mempan. Dia malah semakin menjadi-jadi. Padahal dia anak yang sangat cerdas. Suatu kali, karena sudah tidak suka dengan kegiatannya mengejek temannya, saya pun tanpa sadar menyebutnya “GIGI.” Kontan sekelas tertawa, dan dia demi mengalihkan rasa malunya, malah menghina temannya yang lain. Apa yang harus kulakukan?
Pertama, Sarif. Sarif adalah salah satu anak yang imut, berbadan kecil dengan mata berbinar. Dia dihina Stanley dengan sebutan “MATA.” Hal ini karena mata Sarif memang agak besar. Kedua, Reva. Reva dijuluki “RAMBO” oleh Stanley, entah mengapa. Saya tahu Reva tidak suka disebut demikian. Ketiga, Shinta. Shinta dijuluki “TATO” oleh si Stanley, ini juga saya tak tahu apa asal muasalnya. Setiap hari Stanley semakin menjadi-jadi. Dia ketua kelas, tetapi biang rusuhnya justru dia sendiri (dan Rafael). Sudah diatasi dengan cara memindahkan tempat duduknya, tetapi tidak mempan. Dia malah semakin menjadi-jadi. Padahal dia anak yang sangat cerdas. Suatu kali, karena sudah tidak suka dengan kegiatannya mengejek temannya, saya pun tanpa sadar menyebutnya “GIGI.” Kontan sekelas tertawa, dan dia demi mengalihkan rasa malunya, malah menghina temannya yang lain. Apa yang harus kulakukan?
Comments
Post a Comment