Musik, entah sejak kapan ditemukan dan diciptakan. Yang pasti umat manusia tentunya sangat bersyukur musik ada di tengah dunia. Musik bisa jadi saluran perasaan yang tak terkatakan, musik bisa jadi teman, musik bisa jadi sumber uang, musik bisa jadi hobi, musik bisa pula jadi sarana kreatif dan aktualisasi diri.
Salah satu pertanyaan mendasar tentang musik, “Apa arti musik bagimu?” Mungkin ada di antara kita yang menjawab musik adalah segalanya dalam hidup, bahasa universal, anugerah Tuhan, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan sebelumnya, musik dapat menjadi apa saja. Itu artinya, musik bisa memiliki arti yang beragam atau berbeda-beda bagi setiap orang.
Ketika ada hal yang sukar disampaikan, baik itu kasih tak sampai ataupun emosi jiwa, entah bagaimana musik dapat menyalurkan semua itu dalam harmonisasi nada dan ekspresi lirik yang mengena. Masih ada lagi misteri dalam musik yang tak dimengerti, julukannya sebagai bahasa universal. Entah bagaimana seorang Indonesia yang mungkin hanya mengerti satu bahasa asing, bahasa inggris misalnya, bisa menyukai lagu berbahasa latin, Jepang, Taiwan, Afrika, bahkan lagu-lagu perancis dan musik berbahasa asing lainnya.
Dengan segala misterinya, musik memang adalah anugerah Tuhan yang sangat indah selain kehidupan ini. Tidak hanya mendatangkan kebahagiaan batin tetapi juga materil. Bagi mereka yang bergelut di dunia musik, musik dapat menjadi tambang emas yang tak berujung. Namun seringkali tambang emas ini menghipnotis insan musik melupakan kreatifitas dan kualitas harmoni serta lirik yang disajikan, seperti yang terjadi di Indonesia saat ini. Musik industri semakin merajalela dan menekan idealisme yang dulu pernah jaya sebagai penguasa kerajaan musik.
Di Indonesia, musik melayu yang identik dengan lirik berpantun, cengkok maut serta dikenal sebagai musik khas kerajaan masa lampau, entah bagaimana telah didaur ulang oleh industri. Musik melayu berubah menjadi musik yang turun nilainya di mata pecinta musik idealis namun memikat hati sebagian besar khalayak. Belum selesai demam melayu, saat ini industri musik diramaikan dengan musik daur ulang. Banyak sekali band-band yang menyanyikan ulang lagu-lagu hits lama saat ini.
Terlepas dari masalah industri musik Indonesia, musik bagi khalayak bisa juga menjadi sarana aktualisasi diri. Menjadi cara seseorang untuk menunjukkan karakternya, membingkai citra diri di mata umum. Katakanlah mereka yang ingin mencitrakan diri sebagai seseorang yang keras seringkali menyukai musik rock atau punk. Mereka yang ingin menunjukkan jiwa romantisnya seringkali mengoleksi musik RnB, soul, dan lagu-lagu lama yang romantis sejenis Daniel Sahuleka, Rick Price atau Richard Marx.
Sungguh banyak hal yang bisa dituliskan tentang musik dan penjelmaannya, takkan ada habisnya. Namun semua itu tidak akan cukup dituliskan dalam selembar kertas. Pesan saya, teruslah mencintai musik berkualitas bagi para penikmat musik dan teruslah berkarya bagi para pemusik Indonesia!
Comments
Post a Comment