Percikan itu!
Percikan itu menggerakkan kaki yang telah berlari jauh
memutar arah dan kembali ke tempat semula
Sempat Dia berpikir tuk pergi saja
Tetapi hatinya memang tak pernah benar-benar melupakan
Dia, mendekap rindu dalam diam
Memercik rasa lewat berbait puisi
Melihat mayanya membuat dia memerah
Berdialog dengan virtualnya membuat Dia merona merah jambu
Mungkin itulah mengapa dia tak pernah benar-benar pergi
Seorang sahabat dia bertanya,
“Tak lelah kau menyembunyikan rona?”
“Tak sedih kau kau menempuh jarak?”
Pertanyaan yang dia pun tak tahu jawabnya
Apakah rona itu?
Apakah jarak itu?
Selama dia masih berada di sampingnya,
Menjadi bayang-bayang pun suatu kemewahan
This is not the end.
Percikan itu menggerakkan kaki yang telah berlari jauh
memutar arah dan kembali ke tempat semula
Sempat Dia berpikir tuk pergi saja
Tetapi hatinya memang tak pernah benar-benar melupakan
Dia, mendekap rindu dalam diam
Memercik rasa lewat berbait puisi
Melihat mayanya membuat dia memerah
Berdialog dengan virtualnya membuat Dia merona merah jambu
Mungkin itulah mengapa dia tak pernah benar-benar pergi
Seorang sahabat dia bertanya,
“Tak lelah kau menyembunyikan rona?”
“Tak sedih kau kau menempuh jarak?”
Pertanyaan yang dia pun tak tahu jawabnya
Apakah rona itu?
Apakah jarak itu?
Selama dia masih berada di sampingnya,
Menjadi bayang-bayang pun suatu kemewahan
This is not the end.
Comments
Post a Comment