“Saya jadi sadar dan menyesal sering mengeluh. Setelah ikut baksos ini, saya jadi mengerti bahwa ada orang yang lebih kekurangan daripada saya,” Pernah dengar kalimat ini? Atau pernah ngungkapin kalimat kayak ini? Suatu ungkapan hati yang saya maknai sama dengan : “saya bersyukur di atas penderitaan orang lain”
Saya pribadi pernah melakukan bakti sosial (baksos). Saya melakukannya karena saya ingat dengan Bapa saya di Sumba. Betapa kerja kerasnya dia disana demi kami anak-anaknya yang merantau menuntut ilmu . Saya tidak melakukan baksos karena saya merasa lebih mampu. Saya memang kadang mengeluh, tapi bukan karena itu saya melakukan baksos. Saya melakukannya semata-mata karena mengingat bapa saya yang kadang saya lihat ada dalam diri para tukang becak, pemulung, tukang sapu, dan pekerja-pekerja kasar lainnya.
Bukan bermaksud menjelekkan kelompok lain yang baru saja melakukan baksos. Saya hanya kebetulan mendapat tugas di lokasi itu dan muncullah pemikiran-pemikiran ini selama tugas itu saya jalankan. Singkat cerita, setelah baksos, mereka berkumpul dan sharing mengenai apa yang mereka dapatkan dari acara tersebut. Pesan moral yang ditemukan, maksud saya. Pada saat itulah, saya mendengar kalimat-kalimat seperti yang saya tuliskan di awal corat-coret ini.
Saya heran, memangnya tanpa melakukan baksos apakah mereka tidak menyadari bahwa kehidupan nyata adalah hidup yang keras mengejar sesuap nasi dan bergulat dengan kebutuhan ekonomi? Lalu setelah melakukan baksos, mereka hanya mendapatkan pelajaran bahwa mereka harus bersyukur? Bersyukur dengan keadaan yang lebih baik daripada orang yang ada di luar sana? I just cant believe it! Bagaimana bisa mereka sesederhana itu memikirkan hal ini.
Saya tidak melarang mereka bersyukur. Saya hanya ingin menuntut kelajutan dari bersyukur itu apa. Apa yang akan kamu lakukan untuk mereka yang membutuhkan? Saya pribadi, kalau punya uang banyak, saya ingin sekali bisa membuka sekolah gratis, kursus keterampilan gratis, rumah sakit gratis, atau apa pun yang bisa membangun hidup yang lebih baik bagi mereka yang kurang beruntung.
Sayangnya, saya hanya seorang biasa yang juga masih bergulat dengan tuntutan ekonomi. Saya ingin membantu sebisa saya, dan akan saya lakukan. Pasti! Satu hal yang selalu saya tanamkan dalam diri saya, kita semua sama. Saya tidak peduli kau Cina, kau Jawa, Batak, Arab, blasteran, kaya, miskin, keluarga pejabat atau pemulung! Ketika kau butuh dan saya bisa membantu, kenapa tidak? Ketika itu di luar kemampuan saya, saya juga tidak akan memaksakan diri. Satu hal yang pasti, saya tidak pernah ingin menganggap diri saya lebih dari orang lain. Sulit memang, tapi saya akan berusaha. Selama orang itu baik, bukan penipu, sopan, tahu caranya memperlakukan benda mati maupun makhluk hidup dengan baik, akan saya terima. Di luar itu, Goodbye!
Comments
Post a Comment