Pernah ga siiiiih kamu
mau minta tolong, alih-alih berkata tidak, orang yang kamu mintai tolong
sengaja mengulur-ngulur waktu? Ga enak banget ya?
Saat ini, kami hidup bertiga di rumah. Saya, Bapa dan voldemort
alias step mother. Kami mandiri, tetapi biar bagaimanapun tetap ada hal-hal
yang tidak dapat kami lakukan sendiri. Misalnya, kalau pegel ga bisa dong mijitin
diri sendiri. Untuk itu, saya butuh bantuan orang lain.
Ada seorang keponakan saya yang biasa saya minta tolong
untuk mijitin. Biasanya, saya beri dia uang untuk menghargai usahanya,
sekaligus mengajarkan bahwa untuk dapet duit tu, lu harus kerja. Saya juga
tidak mau memanfaatkan dia dengan status tante, terus gratisan. Tidak, saya
menghargai bantuannya.
Hari ini, sepulang dari bertemu teman, saya ke rumahnya,
pengen diurut sama keponakan ini. Uang sudah saya siapkan. Ada gado-gado juga. Sampai
di rumahnya pukul 17.00 wita. Dia masih tidur, saya tungguin. 17.30 wita dia
bangun. Karena baru bangun saya tidak langsung minta tolong. Beberapa saat
kemudian baru saya sampaikan. Dia mondar-mandir. Mamanya keluar rumah, dia
jagain adiknya, saya tungguin juga. Saya mengerti. Mamanya pulang, dia nyuci
piring. Saya tungguin lagi. Abis cuci piring, dia mandi. Saya tungguin lagi. Lamaaaa...
tapi saya sabar karena memang itu kegiatan yang harus dilakukannya.
Sambil menunggunya, saya minta tolong adiknya untuk memijat
leher saya yang pegal. Saya tunggu-tunggu dia tidak datang. Sepertinya sedang
makan. Ya udah, saya tungguin lagi. Jam menunjukkan pukul 20.00 wita. Buset,
keterlaluan nih. Akhirnya saya masuk ke dalam, ngambil tas dan jaket hendak
pulang. Wajah-wajah pura-pura blo’on muncul. Saya pamitan, dan memberikan
selembar uang ke adiknya di depan wajahnya. Iri hati dia. Saya tahu.
Biar dia belajar bahwa, jangan malas. Dan kalau kau tidak
mau menolong saya, bilang tidak mau aja apa susahnya sih. Daripada membuat saya
menunggu begitu lama. Wasting my time. Sejak hari ini, saya bertekad tidak akan
memberikan sepeserpun uang padanya. Saya akan terus memberikan uang pada
adiknya, di depan matanya setelah meminta tolong pada adiknya. Supaya dia tahu,
dia melewatkan sesuatu.
Hal yang tidak saya sukai selain ia mengulur-ngulur waktu
adalah, ketika saya meminta adiknya memanggilnya, dia memaki-maki adiknya. Mungkin
karena kesal saya panggil. Maaf saja, saya tidak bisa memaafkan hal tersebut. Apalagi
saya dibiarkan duduk menunggu sendiri di teras depan seperti seorang yang tidak
berharga. Sorry, kamu yang rugi bukan saya. Saya hanya akan menganggap hal ini
peristiwa yang numpang lewat. Kamu menjadi orang yang juga numpang lewat dalam
hidup saya. Suatu saat, saat kamu kesulitan di masa depan, maaf saya tidak akan
memberikan pertolongan.
Comments
Post a Comment