Bagaimana ceritanya, kebersamaan sebagai sahabat berubah menjadi perasaan sayang. Bahkan sekarang, kami adalah sepasang kekasih. Terkadang saya berusaha mengingat kembali apa yang membuat saya terlibat lebih jauh dengan Jekon. Hahaha...
Me with Jekon |
Saya tidak menyesali, tetapi bersyukur. Hanya saja, saya ingin mencoba mengingat mengapa dan bagaimana ini semua terjadi. Si anak ceking yang sudah biasa saya lihat dan dengar suaranya selama 3 tahun di SMP karena sekelas, 3 tahun SMA karena segank, dan tahun-tahun kuliah serta kerja itu kini menjadi kekasih saya. Mengapa? Bagaimana? Kok bisa? Saya saja bingung, apalagi orang lain ya toh?!
Tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa suatu hari kelak kami akan memiliki hubungan lebih dari sekedar teman. Kehadirannya sudah menjadi hal yang biasa. Apalagi sejak SMA saya semakin akrab dengannya. Dia yang selalu mengantar jemput saya setiap kami akan bermain bersama teman-teman segank. Markas kami di rumah salah seorang teman saya, Gia. Gia dan saya adalah dua orang wanita dalam gank yang isinya bertujuh, dengan komposisi, 5 pria, 2 wanita. Karena jarak rumah yang berdekatan, saya biasanya dibonceng AJ atau Jekon. Lebih sering bareng Jekon tapinya.
Setiap jam sejarah, saya dan Rian sering bolos. Kami akan pergi ke kelas Jekon.Bermain bersama Gia, AJ, Icad, Ecun dan Jekon karena pada saat itu, bertepatan kelas mereka jadwalnya pelajaran Olahraga. Setiap istirahat nyari Jekon. Kalau lagi ngumpul segank, yang tugas beli gorengan, saya dan Jekon.
Setelah kuliah pun, kami masih sering teleponan. Kebetulan, Jekon kuliah di Kupang, saya di Surabaya. Sampai dia hijrah ke IPDN Jatinangor pun, kita masih kontakan. Masuk dunia kerja, tetep kontakan. Tiap ane pulang kampuang di Waingapu, Jekon juga pas pulang.
Sejak kuliah-kerja, pertemuannya jaraknya jauh. 2012 terakhir ketemu lalu ketemu lagi 2014. Waktu 2014 ituuuh... Si abang uda ga ceking lagi. Tetap menjulang tinggi. Trus kita uda ga pernah naik motor Honda Win andalan yang dulu biasa dia pakai buat antar jemput ane. Si Abang sudah bisa nyetir mobil. Disitu ane terhenyak dan sadar kalau dia sudah bukan anak SMA yang dulu. Dia sudah orang dewasa. Hahaha... Entah apalah hubungannya bisa nyetir sama dewasa.
Tahun 2015, do'i pulang pas lebaran. Disitu ane mulai merasa ada yang berbeda. 2016, kita jadian.
Detailnya tidak bisa diceritakan disini. Tapi yang pasti, hal yang ane syukuri adalah, meski prosesnya panjang, lu bayangin aja sendiri, temenan dari kelas 1 SMP, tapi endingnya kita akhirnya jadi pasangan.
Seru aja tiap kali ngobrol atau sekedar bercanda. Kalau pas dia lagi pulang Waingapu, lebih seru lagi. Secaraaaa uda jadi pacar. Adalah kisah-kisah ala orang pacaran yang tidak dialami selama masa pertemanan , terjadi sekarang. Serulah! Menyenangkan!
Hal yang lebih saya sukai lagi adalah, dia mampu menyesuaikan diri dengan Bapa dan keluarga. Semoga saya juga bisa seperti itu di lingkungannya.
Semoga langgeng terus.
Semoga bisa berproses sama-sama terus sampai jadi suami-istri, sampai kakek-nenek.
Written With Love
Vany Kadiwanu
awalnya ane binggung mau comment apa.... setelah dipikir2.... nanti kalo2 ada masalah sama doi.... baca ini ya vano.... wkwkwk
ReplyDeleteBukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.
Amin... langgeng terus ya.... :D
awwww...co cwiiitt... makaci echuuun (ketik nama sesuai permintaan) hahaha... AMINNNNNNNNN
Delete