Anggap aja nama gue Cinderella.
Cinderella masa kini, abad millenium, dimana wanita sudah
punya sosok yang lebih sangar, pertahanan diri kuat dan anti penindasan.
Gue, adalah Cinderella yang anti ditindas! Oleh karena itu,
gue membentengi diri dengan ucapan singkat, nyelekit meski sopan juga teguran berbobot
yang tepat sasaran pada waktu yang tepat.
Gue punya ibu tiri. Tapi, berbeda dengan kehidupan
Cinderella dicerita dongeng, gue ga bertekuk lutut di hadapannya.
Gue menunjukkan keanggunan dan otoritas gue dalam menghadapi
keanehan-keanehan makhluk ajaib itu.
Gue panggil dia Tante.
Tante ini punya sifat yang jelek banget. Dia memang tidak
bisa memerintah gue untuk bekerja mati-matian seperti dongeng aslinya, dia
pelit, curigaan, dan suka berbohong, memfitnah
yang paling parah adalah suka curcol yang udah ditambahi merica dan bumbu bumbu
lainnya secara berlebihan.
Apesnya lagi, benda apa pun yang disentuhnya pasti akan berubah
menjadi barang rongsokan. Hadeh!
Penasaran sama kisahnya? Isss... ga da kerjaan banget kalian mau tahu keanehan si tante.
Gue mulai dengan masa perkenalan gue dengannya.
....
Nunggu?
Ngapain? Emang ga ada proses perkenalan gue sama dia. Tiba-tiba aja bokap uda mau nikah lagi. Gue ga setuju, dia main tancap gas aja. Pada akhirnya, kehidupan mereka tidak harmonis karena keajaiban si tante yang baru kelihatan setelah menikah. Apa itu istilahnya yah? Rubah berbulu domba?
Tahun 2012 gue pulang ke rumah setelah merantau ke ujung utara Indonesia selama setahun.
Suasana rumah aneh banget. Bokap sering marah-marah, uring-uringan, disentil dikit marahnya kayak abis ditimpukin.
"Pak, Bapak mau kemana?" dengan gaya lemah lembut gue nanya.
"MAU KEMANA?! TIDAK KEMANA-MANA!!"
"santai Pak." gue ngeloyor pergi.
"Pak, kalau ada uang ya disimpan, jangan dihambur-hamburkan. Dipilah-pilah biar tidak habis sekalian."
"SIAPA YANG BOROS?"
"Ya Bapak kan sering kalau mobil rusak langsung keluarin uang tidak tanggung-tanggung," ya, mobil butut yang lebih sering rusaknya daripada benernya. Yang seharusnya sudah dikirim ke penampung mobil bekas atau juragan besi tua.
"KALAU RUSAK YA JELAS HARUS DIPERBAIKI!!"
"Tapi kan lebih sering rusaknya Pak, rugi dong." Karena tidak sanggup lagi mendengar bentakan ga penting selanjutnya, gue ngeloyor pergi, masuk kamar, dan hanya keluar saat waktunya makan, mandi atau boker. Begitu terus sampai gue tua.
Melihat kesempatan itu, si Tante buru-buru manggil gue dan adik gue. Pas Bokap lagi ga di rumah.
Dilancarkannyalah aksinya.
"Kamu punya Bapak itu jahat. Dia suka pergi ke Kota M. Ada simpanannya disana!"
Sontak, saya terkejut. Diam saja. Seingat saya, bapak saya bukan orang seperti itu. Tetapi, Bapak cuma manusia biasa. Bisa saja hal tersebut terjadi bukan?
Berbekal perkuliahan Investigasi, ilmu jurnalistik, yang gue pelajari selama 4,5 tahun, gue mulai menggali kebenaran. Memang udah sifat gue ga gampang percaya omongan orang. Apalagi yang model begini.
Usut punya usut.. Ealaaaah... orang yang dia fitnah itu adalah keponakannya sendiri, yang sudah punya pasangan. Keponakannya itu memang kadang dibantu oleh Bapak. Bukan rahasia lagi kalau sedari dulu, bahkan sampai sekarang, Bapak adalah orang yang selalu menolong siapapun yang kesulitan. Pekerjanya saja dia bantu, apalagi masih keluarga.
Ada beberapa kebohongan lainnya yang dia ceritakan ke masyarakat jalan ikan ireng dan sekitarnya, yang baru gue ketahui dalam masa pengumpulan laporan investigasi gue.
Ternyata, si Tante seringkali pergi ke sahabat Bokap, dan tetangga-tetangga untuk menceritakan kebohongan ini,
"Uang kuliah Cinderella di Universitas P itu saya yang bayarin!"
Kenyataannya, gue beasiswa 100% dari Universitas P dan mendapat tambahan beasiswa dari suatu lembaga Belanda.
"Saya bekerja setengah mati seperti budak di rumah mereka!"
Kenyataannya, adek perempuan gue yang masak, adik laki-laki gue yang bersih-bersih. Dia hanya main ngomel-ngomel aja. Coba gue ada di rumah waktu itu. Coba gue ga merantau, udah abis gue makan dia. Enak aje nyiksa dua adik gue yang kurus kurus itu.
Oh ya, Cinderella punya dua adik. Namanya Gus dan Drisella.
Waktu gue pulang juga rumah berantakan banget, apanya yang kerja? Dia cuma tidur-tiduran aja di rumah.
Suatu waktu, bokap beli ikan banyak banget. Tinggal diolah aja buat dimakan. Kejadiannya waktu gue masih merantau:
Tante sms bokap
Kak, makan apa kita?
Jadi mau dia, bokap yang masak, dia tinggal makan aja. Gila!
Karena sudah muak, bokap ambil semua makanan dan beras, bawa ke rumah saudara, masak di sana, makan di sana. Beuh! Kapok lo!
Mengetahui tabiat aslinya, gue ga respek lagi.
Sejak gue pulang, gue ambil alih semua pekerjaan rumah. Pagi-pagi gue uda beberes dan bersih-bersih. Siang dan malam gue masak. Weekend gue nyuci.
Sampai pada akhirnya gue sadar. Dia hidup bagaikan ibu tiri yang berkuasa dan gue bagai Cinderella lama yang malang.
Gue memutuskan, ga bakal lagi menyentuh sapu, kain pel, ga bakal masuk dapur lagi. Mau mati kelaparan atau TBC, terserah! Bareng-bareng aja.
"Tante, kalau tante ga mau ngurusin kami, ga masalah. Tapi tolong urus suami tante. Kami bisa cari makan sendiri." itu teguran gue waktu dia dengan santainya ga ngapa-ngapain padahal waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WITA dan Bokap belum makan apa-apa dari pagi.
"Tante, tolong lain kali kalau ada hal yang tidak benar dalam rumah, tidak perlu siaran kemana-mana. Selesaikan dalam rumah. Tidak bagus seperti itu, Apalagi kalau sudah ditambah bumbu-bumbu." gue protes soal kebohongan-kebohongan yang dia sebarkan secara langsung. Doski cuek-cuek aja, mukanya kayak ngejek ga terima gitu. Tapi gue harus ngomong, Kalau ga, dia akan berpikir gue ga tau sepak terjangnya. Beuh! Bisa makin menjadi-jadi tu orang.
Suatu kali, 3 orang temen gue datang dari Bali. Gue uda tahu doski bakal cari kesempatan buat curhat colongan dengan muka yang dipasang memelas, sedih, teraniyaya. Oleh karena itu, ga seharipun gue biarin temen gue sendirian di rumah lama-lama. Kita pasti jalan-jalan.
Sampai pada suatu saat, keadaan tidak memungkinkan, gue harus keluar bentar ngambil motor sama temen gue yang satu, dan yang dua ditinggal di rumah.
Saat itulah, doski beraksi!
Pulang-pulang, gue lihat mereka berdua lagi duduk di teras bareng si Tante. Begitu ngelihat gue, si Tante buru-buru permisi ke dalem.
Gue curiga.
"Cerita apa Tante?"
"Gaaaaaaak..." nada-nadanya mereka bohong nih.
Setelah gue paksa-paksa baru deh,
"Kita tadi lagi duduk di depan. Tiba-tiba Tante dateng trus curhat," tuh kan!!
"Ia La. Mukanya kasian gitu. Katanya lagi sakit. Trus dia curhat, katanya kamu tuh ga mau manggil dia Mama. bla bla bla..." udah gue duga. Sumpah, gue tengsin berat! Ngapain die curcol di tamu gue?? Kenal aja kaga. Main curhat aja. Bete banget dah! Mau ditaruh dimana muke gue kan?
Setelah tiga orang cowo cakep itu balik ke Bali, gue panggil si Tante buat bicara,
"Tante, apa benar tante bicara begitu di teman saya?"
"Saya tidak bilang apa-apa! Kurang ajar anak itu! Mana dia? @#$%^$^%" dia misuh-misuh.
"Tante, saya kan cuma nanya baik-baik. Kenapa malah misuh-misuh. Tidak sopan."
"Eh memang tuh anak %$$#$#&^*%*&^*&^" saya semakin bingung.
"Tante tuh guru, masa ngomongnya kayak begitu. Saya tanya apa dijawab apa" tiba-tiba doski uda nangis-nangis sambil maki maki lagi. Waduh, emang pendek nih jaringan neuronnya. Korslet dah.
Sejak saat itu, gue memutuskan untuk tidak bicara lagi dengannya. Karena ngomong baik-baik pun tidak nyambung.
Ada sisi positif dari kebiasaan gue bicara jujur dan anggun. Eaaaa...
Doski jadi tahu mau mau gue. Si Tante ga malas-malasan lagi. Dia mulai tahu berbenah, bersih-bersih dan memasak. Meski kadang masakannya ajaib-ajaib. Gue aja bingung itu makanan manusia apa racun tikus. Lu bayangin aja menu-menunya: sayur daun ubi dicampur ikan teri lembek-lembek, kacang panjang campur wortel dan tomat berminyak, daging babi direbus pake air, dagingnya melayang-layang ga ada rasanya. Cara gue bertahan hidup adalah makan di luar atau makan ke rumah saudara. Kadang gue masak indomie doang. Untung kedua adek gue uda merantau, jadi mereka ga perlu merasakan keanehan-keanehan ini lagi.
Suatu waktu, gue curhat sama mereka via group chat. Balesannya:
"HAHAHAHAHHA.... selamat menikmati!Kita udah kenyang duluan," sial!
Seringkali, keadaan ini kami jadikan bahan guyonan. Kami menganggap fase ini adalah salah satu cara Tuhan menempa mental kami menjadi lebih kuat.
Oh ya, gue belum selesai mengenai keanehan si Tante.
Si tante ini, orangnya super pelit. Dia ga mau keluarin uang sepersepun dan selalu curiga kalau kite bakal ngambil uangnya.
Kalau kulkas kosong, dia pasti ga ada di rumah. Ini gue udah hafal. Jadi, kalau bokap nyari doski, patokan gue cuma isi kulkas.
"La, si Tante mana?" gue bangkit, jalan ke belakang buat nengokin isi kulkas. Kosong.
"lagi keluar, Pak" gue jalan lagi, ngambil kunci motor, keluar beli beli buat isi kulkas.
Orangnya boros banget pula, seminggu nyuci pakaian bisa tiap hari, make detergennya juga ga nanggung-nanggung. Walhasil, gue kadang cuma pake empat kali sebulan tapi habisnya cepet banget.
Belum lagi kalau detergennya udah habis, doski juga ngilang.
Tar tempat detergen uda terisi lagi, baru doski ada di rumah.
Itu juga yang terjadi saat gula atau bawang habis.
Kalau doski beli teh celup, itu teh bakal diumpetin, dan entah bagaimana gue selalu tahu tempatnya. Hihihi... Trus gue pesta teh sama kawan-kawan gue.
Kalau beli kopi, dia umpetin juga, dan entah bagaimana, gue ga nemu. Ga bisa party-party! Hihihi...
Sejak kecil, soal duit emang kami diajarkan tidak boleh mengambil tanpa ijin. Jadi orang tua kami, orangtua kadung kami! Tidak pernah mengunci pintunya, karena percaya.
Sejak ada doski, pintu kamar ortu gue tertutup rapat. Kalau lagi keluar yaaa gapapalah ya. Buat Keamanan. Tapi ajaibnya diski, gue ada di rumah pun, dia cuma kebelakang buat masak atau boker, pintu kamar dikunci. Pas mau masuk kamar baru dia buka.
Sakitnya tuh disinii... kesannya gue tukang nyolong.
Kalau doski beli teh celup, itu teh bakal diumpetin, dan entah bagaimana gue selalu tahu tempatnya. Hihihi... Trus gue pesta teh sama kawan-kawan gue.
Kalau beli kopi, dia umpetin juga, dan entah bagaimana, gue ga nemu. Ga bisa party-party! Hihihi...
Sejak kecil, soal duit emang kami diajarkan tidak boleh mengambil tanpa ijin. Jadi orang tua kami, orangtua kadung kami! Tidak pernah mengunci pintunya, karena percaya.
Sejak ada doski, pintu kamar ortu gue tertutup rapat. Kalau lagi keluar yaaa gapapalah ya. Buat Keamanan. Tapi ajaibnya diski, gue ada di rumah pun, dia cuma kebelakang buat masak atau boker, pintu kamar dikunci. Pas mau masuk kamar baru dia buka.
Sakitnya tuh disinii... kesannya gue tukang nyolong.
Bener-bener dah!
Tidak cukup sampai disitu! gue sampe ngos-ngosan nulisnya, saking capek mental.
Semua benda yang disentuhnya pasti rusak.
mesin cuci, lampu, baskom, apa aja. benda-benda yang sudah kami jaga dengan baik sejak lama, langsung rusak.
Jawabnya selalu, "bukan saya! saya tidak tahu!" belum juga ditanya. Baru cuma liatin doang.
Nice sharing... panjang dan lumayan unik... btw, cocok memang saya panggil tante jg dr kapanan ee...
ReplyDeleteNanti kalo saya main ke ko pnya rumah, jgn lupa tunjukkan barang langka itu ee... keep smile, think positively
hahahaha... oki doki... aeh itu sdh kisah cinderella masa kini
ReplyDeletelel :v
ReplyDeletekayaknya nnti sy harus bwt dy jadi "bangsawan" :3
satu hal yg kamu lupa cinderela , mkn d rumah gue wkwkkw... wdh br q tau secr detail smpe segt y pelitnya, pelitnya g nanggung2 haha...keep smile n fighting ...
ReplyDelete