foto: istimewa
Buku adalah Jendela dunia. Dari buku kita dapat memelajari
banyak hal. Melihat dunia luar tanpa beranjak sedikitpun dari kursi kita.
Terkadang, buku dapat memberikan solusi untuk masalah yang kerap kita temui
sehari-hari. Untuk itulah, membaca itu penting dan Taman Baca pun ingin
kurintis.
Berawal dari pemikiran sangat sederhana ketika pulang ke
Waingapu. Banyak buku koleksiku dan adik hanya menjadi sarang debu, dan kami
putuskan akan membuka taman baca gratis di teras rumah. Awalnya terpikir untuk
menjalankannya sendiri, karena tak terlintas bayangan akan keluar lagi dari
Sumba tercinta. Ternyata, Tuhan berkehendak lain. Ia memberiku kesempatan untuk
belajar lagi lewat mengajar di salah satu sekolah swasta internasional di
Jakarta.
Lemari sudah tersedia, buku pun hanya menunggu disampul.
Sayang sekali keinginan ini harus ditunda. Sampai suatu hari, ketika berkumpul
bersama beberapa orang teman dekat, salah satu dari mereka, Nita Rustam
bertanya, “Van, baru bagaimana sudah rencananya kau bikin taman baca?” Dengan
lunglai kumenjawab, “Mau bagaimana lagi Nita? Sa mau pergi nih.” Dan jawaban
Nita membuat harapan itu muncul kembali, “Kan ada kami disini.”
Sebelum respon membahagiakan tadi berubah lagi, saya
langsung menyambar kesempatan itu dengan mengatur jadwal penyampulan buku.
Sekitar 2-3 kali pertemuan dan buku,majalah, komik, semuanya sudah siap.
Desember datang, teman-teman mulai sibuk. Saya semakin panik
karena sebentar lagi saya harus berangkat ke Jakarta dan Taman baca belum
dieksekusi. Sebenarnya jika saya ingin mulai sendiri, hal itu mungkin saja
sebab bukan hal baru bagi saya dalam mengelola perpustakaan. Tetapi yang
kuinginkan berubah dari awalnya milik sendiri, ingin kujadikan milik bersama.
Karena sebenarnya ada mimpi dan visi yang sama dari banyak teman-teman tertuang
dalam Taman Baca ini. Hanya saja, solusi manajemennya belum ditemukan.
Tidak ada yang kebetulan, saya percaya ini adalah jawaban
doa saya. Tuhan mempertemukanku dengan Kak Umbu Nababan yang kemudian
menghubungkanku dengan orang-orang baru yang juga punya mimpi yang sama. Kini
telah terbentuk sebuah gerakan pemuda yang bernama Gerakan Pemuda Sumba.
Gerakan ini menaungi Taman Baca Namu Angu dan juga berbagai kegiatan positif
dan sosial lainnya. Kami memang masih seumur jagung, tetapi semangat kami untuk
melihat generasi muda Sumba yang lebih baik sangat besar.
Saat ini kami sedang berusaha mengumpulkan buku dari
orang-orang yang juga tergerak untuk menolong. Kami memiliki mimpi bahwa di
seluruh Sumba akan ada banyak taman baca, sehingga generasi kami menjadi
generasi yang berwawasan. Meski tidak ada toko buku di Sumba, tetapi kami yakin
akan menemukan orang-orang yang akan ‘membawa’ buku bagi kami.
Pembelajaran yang kudapat dari ide sederhana ini adalah:
Tuhan selalu membuka jalan bagi apa yang memang sudah Ia
kehendaki harus terjadi. Kita sebagai perantaraNya, hanya perlu percaya,
berdoa, dan berusaha. Nikmati setiap prosesnya, dan semuanya akan indah pada
waktuNya.
Vany Kadiwanu
Seseorang yang belajar dari Mengajar
Kakak saya juga mau bantu sumbang
ReplyDeletecaranya bagaimana? :)
Deteee...diriku bru baca komen kamu. Untungnya kita sudah berkontak ria ya....btw aku tak oakai bbm lagi. Sekarang saya pakai whatsapp saja buk
ReplyDelete