Gambar : Google
Ada kalimat yang mengatakan, "Jika kau mengejar dua kelinci pada saat yang sama, maka keduanya tidak akan tertangkap". Itulah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan pentingnya menentukan fokus dalam hidup.
Kita tidak bisa menjadi luar biasa dalam satu bidang apabila kita tidak menentukan fokus. Seperti petinju yang memukul sembarangan atau atlit lari yang berlari tanpa tujuan yang jelas.
2012, adalah waktu dimana saya mulai memikirkan betapa pentingnya menentukan fokus. Saya secara pribadi memahami banyak hal, cepat belajar banyak hal, tetapi tidak ada yang benar-benar menjadi fokus sehingga belum ada hal luar biasa dan terlalu bermakna untuk dihayati dan dikejar. Saya berdoa dan meminta petunjuk pada Tuhan. Dia menjawab lewat berbagai hal yang terjadi di sekitar saya. 2012, saya memutuskan untuk fokus pada dunia pendidikan.
Selama satu tahun saya memutuskan untuk bekerja di Jakarta, di salah satu sekolah internasional terbaik milik Singapura. Saya belajar banyak hal mengenai pendidikan. Tujuan saya adalah memiliki sekolah sendiri atau menjadi pakar pendidikan. Mengapa? Pendidikan itu menarik. Mulai dari manajemen sekolah, pembuatan kurikulum, hingga saat action di kelas dan menghadapi dinamika kelas dan perkembangan setiap anak. Tidak ada habisnya dipelajari dan selalu ada hal baru yang ditemukan.
15 Desember 2013, saya memutuskan pulang ke Sumba. Fokus saya saat pulang adalah membangun kembali jaringan, membuka kembali taman baca, dan mencari peluang untuk masuk ke dalam dunia pendidikan di Sumba. Mengapa Sumba? Karena saya cinta sumba. Saya ingin berkontribusi untuk daerah saya sendiri. Naif? Tidak! Ini keputusan hidup.
Saya coba fokus pada niat saya itu, memperkatakannya, melakukan bagian saya semaksimal mungkin dan terus berdoa meminta petunjuk dari Tuhan.
Kesungguhan dan berkat Tuhan menuntun pada keyakinan hati bahwa apa yang saya lakukan sudah benar. Dimulai dari Taman Baca Namu Angu yang semakin berkembang meski mulai ditinggalkan oleh teman-teman yang awalnya membangun ini bersama saya. Tapi Tuhan membuka jalan yang lain. Saat ini, sudah ada 5 Taman Baca di Sumba dan kami semua berteman baik. Bagi saya, inilah pekerjaan Tuhan. TB Namu Angu menjadi permercik yang membangkitkan semangat dan keberanian anak Sumba bahwa mereka pun bisa membuka taman baca atau rumah belajar. Kami saling mendukung dan saling membantu. Ke-5 taman baca tersebut, antara lain:
1. Rumah Belajar Kampung Raja di Prailiu
2. Rumah Pintar Popa di Popa
3. Rumah Belajar Sola Gratia di Wangga
4. Taman Baca Kawangu di Kawangu
5. Tamanb Baca Kampung Barat di KM2
Selain berkat Tuhan dalam penyebaran taman baca di Sumba, Tuhan juga memberikan saya kesempatan untuk masuk ke dunia pendidikan lewat SD Kasih Agape. Mulai tahun ajaran baru 2014-2015 saya akan mulai mengajar di sana. Ini adalah kesempatan untuk mempelajari berbagai hal terkait pendidikan dan pengelolaan sekolah di Sumba, Kesempatan ini tidak akan saya sia-siakan. Semoga Tuhan memeluk mimpi saya dan mengabulkan cita-cita saya untuk memiliki sekolah sendiri.
Oh ya, mengejar mimpi harus juga disertai kesadaran penuh bahwa link atau jaringan serta uang itu sangat penting. Untuk jaringan, itu sudah mulai terbangun dan baik. Semua jaringan memungkinkan saya untuk meraih mimpi. Bahkan beberapa minggu lalu ada yang menyampaikan bahwa mimpi saya bisa terlaksana lewat mereka. Tapi, saya tetap harus memiliki pemahaman yang dalam mengenai pengelolaan sekolah. Tidak mau asal bangun sekolah. Lalu saat ini, saya dan seorang teman juga mulai membangun sebuah usaha dengan melihat peluang Sumba yang menuju daerah wisata. Semoga usaha kami berhasil dan dapat menunjang pencapaian mimpi masing-masing. Semangaaaaat!!! FOKUS dan tetapkan tujuan
Untungnya punya blog dan tidak.melewatkan perasaan2 positif dan.motivatif adalah saat2 diperlukan kita bisa mendapatkan energi baru saat membaca tulisan2 tsb. Maju terus pantang mundur.
ReplyDelete