Kritis, kira-kira itulah perasaan saya. Tapi sayangnya, entah ini kelebihan atau kekurangan tapi saat saya merasakan kesulitan menghadapi suatu kondisi, hal itu tidak dapat saya ungkapkan. Selalu bisa bercerita, tetapi tidak semuanya. Hanya permukaan es yang mencuat di samudra. Gunung esnya masih lebih besar di bawah, tidak kelihatan.
Satu hal yang ingin sekali saya rubah dalam menghadapi masalah adalah kebiasaan mengurung diri dalam 'gua'. Rasanya jadi seperti melawan diri sendiri. Saat orang-orang terkasih pergi Susah sekali buat saya untuk menangisi kepergian mereka, termasuk saat mama saya meninggal. Bukan karena tidak sedih. Saya SANGAT SEDIH. Tetapi entah mengapa air mata tidak mau turun. Mungkin karena ada perasaan ingin melindungi. Air mata tidak memperbaiki keadaan, air mata hanya membuat suasana semakin sulit. Mungkin itulah yang membuat saya jadi susah mengekspresikan kesedihan dengan wajah. Saat sesuatu yang pelik datang, wajah ini otomatis berubah menjadi keras dan kosong.
Saat ini, saya menemukan hal baru yang lebih pelik lagi. Tetapi saya percaya Tuhan akan memampukan. Hanya saja, sudah dua minggu ini saya jauh dari Tuhan. Entah mengapa. Tidak ada gereja yang cocok dengan kebutuhan saya, tidak ada kakak rohani, rasanya kering sekali. Semakin diperburuk dengan saya yang mulai malas merenungkan firmanNya plus keadaan di rumah yang cukup rumit. Rumitnya seperti apa tentu tidak bisa saya ceritakan. Setiap keluarga punya masalahnya masing-masing.
Comments
Post a Comment