Kalamba, ini bukan pertama kalinya saya pergi ke desa
tersebut. Tetapi ini pertama kalinya saya pergi dengan tujuan untuk jalan-jalan
dan melihat air terjunnya. Sebelumnya saya tidak pernah tahu bahwa di Desa
Kalamba terdapat sebuah air terjun yang eksotis.
Sebelum tiba di desa Kalamba, saya bersiap-siap di rumah.
Menunggu teman-teman yang rencananya akan bersama-sama menuju ke sana.
Datanglah Epin, pacarnya yang bernama Jackleen, dan seorang pemuda asal Solo
bernama Supomo. Peserta jalan-jalan berikutnya adalah adik saya Yos dan
teman-temannya. Total ada 9 orang yang berjalan menuju Kalamba menggunakan
motor.
Perjalanan kami sebenarnya jauh, sekitar dua jam perjalanan.
Tetapi tidak begitu terasa karena sepanjang perjalanan, saya dan teman yang
membonceng mengobrol ini itu. Kami juga sempat berhenti di Pasar Mondu, untuk
menikmati kelapa muda. Diantara bau kotoran kambing dan ditonton oleh para
penjual serta seekor sapi yang sedang nongkrong di situ, kami menikmati kelapa
muda tersebut.
Perjalanan kami lanjutkan. Setelah melewati sebuah jembatan
besi, kami pun berbelok ke arah kiri. Jalan yang kami lalui berbatu karang,
belum diaspal, berlubang-lubang. Sering kali motor berbelok sendiri karena
batu-batu lepas di jalan sangat banyak. Namun, pemandangan di kanan kiri kami
sangat indah. Hamparan padang sabana nan hijau berbingkai gunung-gunung hijau
membuat kami tenang. Sempat kuberpikir, bahwa tempat ini cocok untuk syuting “Lord of The Rings”.
Beberapa kali kami serombongan berhenti untuk mengambil foto.
Kami ingin mengabadikan pemandangan ini. Mumpung lagi hijau. Karena memasuki
bulan-bulan kemarau nanti, pemandangannya lain lagi. Semua akan terlihat kuning
keemasan.
Kami pun sampai di Desa Kalamba, desa di tengah kuali.
Begitulah sebutannya, karena letak desa itu tepat di tengah-tengah
gunung-gunung sehingga seperti berada ditengah kuali.
Kami memarkir sepeda motor, melepas celana panjang dan hanya
mengenakan celana pendek. Lalu kami mulai berjalan menyusuri sungai menuju air
terjun.
Pikirku, dengan berjalan kami akan melihat air terjun di
depan mata, ternyata kami berada di atas air terjun tersebut. Kami harus
menuruni batu yang curam dan berlumut di samping air terjun kembar tersebut
untuk turun ke bawah. Kakiku gemetar, takut terpeleset dan jatuh lalu diterima
oleh bebatuan besar di bawah sana. Badanku sekarang tak seringan dulu, dan alam
sudah lama tak kujamah. Lama merantau di tanah Jawa membuat fisik dan mentalku
selembek tahu.
Beberapa saat mengambil napas, lalu perlahan-lahan dengan
arahan adikku, kuturunkan kaki, dan berlagak layaknya pemanjat tebing ulung
yang sedang menuruni tebing dengan tali pengaman. Padahal tak ada seutas tali
pun mengikatku. Berhasil! Sampai di bawah, saya langsung nyebur! Tapi sayangnya
kami semua tak dapat berenang ke tengah karena takut terbawa arus ke air terjun
berikutnya.
Pemandangan yang bisa dinikmati di lokasi air terjun ini
adalah struktur dari air terjun itu sendiri. Berundak-undak, dengan air hijau
tosca. Bagian yang palis deras adalah lapisan pertama. Lapisan ke empat lebih
tenang namun menghayutkan. Jika tidak hati-hati maka akan terseret juga ke air
terjun di bawahnya lagi.
Sambil menikmati makanan ringan dan tingkah adik saya dan
teman-temannya dari atas susunan batu, kami melihat salah seorang teman adik saya
seperti kebingungan mau menyeberang dari sebelah mana untuk kembali ke tempat
kami duduk. Setelah ia cerita barulah kami paham. Ternyata, tanpa kami sadari
ia telah terseret air. Kami baru tahu setelah ia menceritakan kepada kami.
Untungnya dia tidak apa-apa. Lucunya adalah, dia jadi trauma menyeberang air
terjun itu. Kami menunggu dia dan memberi semangat sambil makan biskuit.
Saksikan videonya di bawah ini.
Setelah ia berhasil menyeberang, kami pun bersepakat untuk
pulang.
Perjalanan pulang terasa lebih mudah karena jalanannya
menurun. Tetapi, malang tak dapat ditolak, saya dan teman saya terjatuh dari
sepeda motor dan menyebabkan motor milik sepupu saya tergores di bagian
kanannya. HUAAAAAA... mati saya! Sudah boleh minjem, diciderai pula. Segitu dulu
ya, nantikan kisa petualangan kami selanjutnya.
Comments
Post a Comment