Andi : Aku lebih suka gereja yang hening. Gak suka yang ribut-ribut. Kayak orang kesurupan.
Anto : Aku ga suka gereja yang nyanyinya kayak orang ga niat. Ngantuk.
Pernah tidak kalian berada di posisi Andi dan Anto? Saya yakin pernah. Dulu, saya pernah berada di kedua posisi itu. Tetapi seiring waktu berjalan, saya menyadari esensi dari beribadah itu sendiri. Bagaimana kita bersekutu dengan Tuhan di rumahNya. Terlepas dari bagaimana pun tata ibadah gerejanya. Lebih ke sini lagi, saya menyadari satu hal yang baru juga. Hal ini akan saya jelaskan dalam tulisan ini.
Saya pribadi sangat jarang sekali bisa merasa nyaman dengan suatu gereja. Bukan karena tidak sesuai keinginan saya,tetapi lebih ke bagaimana spirit yang tampil ketika beribada di gereja itu. Satu gereja yang membuat saya merasa dekat dengan setiap orang meski tidak mengenal mereka adalah JPCC, Jakarta. Kedua, ada sebuah gereja yang masih beribadah dengan gaya yang tenang tapi sama sekali tidak membuat mengantuk, GKI Bromo, Malang. Gereja yang kedua ini, meski lagu yang dinyanyikan adalah Mazmur dan Kidung Jemaat, tetapi ibadah sama sekali tidak membosankan. Itu karena segenap Jemaat menyanyi dengan semangat. Tidak asal menyanyi karena terlanjur ada di gereja.
Hal yang saya sadari adalah, seperti apa tata ibadah gereja itu, yang menentukan bagaimana berjalanannya ibadah, memberkati atau tidak, adalah partisipasi segenap warga gereja. Mulai dari pelayan Tuhan hingga Jemaat. Semua harus sungguh-sungguh.
Comments
Post a Comment