8 Mei 2009 yang lalu, Law Ronny Keff, mahasiswa Manajemen Bisnis 2007 Universitas Kristen Petra, mengalami kecelakaan yang mengakibatkan gegar otak sedang. Menurut salah seorang dokter syaraf yang menangani Kefas, biasanya penderita gegar otak sedang sadar minimal setelah enam bulan sampai tiga tahun dirawat, bahkan ada yang lebih. Namun,dalam kurun waktu 20 hari, Kefas, begitu ia disapa, telah disembuhkan.
Yang namanya kecelakaan tentu tidak dapat diprediksi. Niatnya pulang setelah mencari perlengkapan untuk mendaki gunung Bromo keesokan harinya, malah mengalami kecelakaan. Pada 8 mei 2009, Kefas bersama seorang temannya, Endy, pergi ke City of Tommorow di bundaran A. yani untuk membeli perlengkapan mendaki gunung Bromo, acara yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Fotografi Petra, Martografi. Karena ternyata barang yang dicari tidak ditemukan maka mereka berpindah ke Royal Plasa. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba ban sepeda motor yang membonceng Kefas pecah. Sepeda motor yang mereka kendarai saat itu melaju dengan kecepatan 70-80 Km/jam. Tubuh kefas terlempar beberapa meter dan kepalanya membentur aspal sehingga ia pun tidak sadarkan diri. Endy yang memboncengnya sempat pingsan beberapa saat. Namun, ia segera sadar ketika banyak orang berlarian untuk menolong mereka.
Ketika terbaring di jalanan, menurut cerita endy, darah segar mengalir seperti air mancur dari telinga kefas. Kepanikannya semakin menjadi ketika Kefas mengatakan, “tak tinggal sek ya.” Namun perlindungan Allah memang tidak jauh dari umatnya. Endy dan Kefas, jemaat GMS satelit Faith, segera dilarikan oleh seorang bapak yang kebetulan melewati TKP ke Rumah Sakit Islam Jemur Sari. Sesampainya di sana, ternyata RS tersebut tidak dapat menolong Kefas yang kondisinya kritis dibandingkan endy yang hanya mengalami lecet dibagian siku. Kefas dilarikan ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Graha Amerta. Setibanya di rumah sakit Dr. Soetomo Graha Ametra, putra pasangan Lauw Hok Xiang dan Chung San Yung itu ditangani oleh lima orang dokter.
Orang tua Kefas tinggal di Situbondo, tetapi ia memiliki kakak perempuan yang bekerja di Surabaya. Saat kakaknya datang ke rumah sakit, dokter tengah berusaha membangunkan Kefas dari pingsannya. Menurut dokter, apabila tidak dibangunakan maka pasien biasanya meninggal dunia. Tidak kuat mendengar pernyataan dokter itu, Syeba, kakak perempuan Kefas akhirnya dituntun ke luar ruangan oleh teman-temannya yang kebetulan menemaninya. Untunglah, beberapa saat kemudian Kefas akhirnya berhasil dibangunkan dengan kondisi tubuh kejang-kejang dan rasa sakit merambati seluruh tubuhnya.
Kefas divonis dokter mengalami gegar otak sedang, tulang tekoraknya dalam kondisi retak. Ini menyebabkan selama satu minggu lamanya ia mengalami amnesia sebagian. Ia hanya mengingat orang tuanya, kakaknya dan beberapa orang lain. Selama perawatan di rumah sakit, telah dilakukan empat kali city scan. Minggu kedua Kefas dirawat, ia baru bisa turun dari tempat tidur untuk jalan-jalan. Selama empat belas hari lamanya Kefas dirawat di rumah sakit. Sekeluarnya dari sana, ia menuju rumahnya di Kupang baru. Puji Tuhan, ia mengalami kesembuhan hanya dalam dua puluh hari. Padahal, menurut pengakuan salah satu dokter yang menanganinya, pasien dengan kasus seperti Kefas biasanya sadar minimal enam bulan hingga tiga tahun dirawat, bahkan ada yang lebih. Menyadari kemurahan Tuhan ini, iman Kefas semakin ditambahkan dan tak henti-hentinya ia mengucap syukur atas berkatNya.
Ada beberapa kejadian menarik yang terjadi selama ia dalam masa pemulihan di rumahnya. Yang pertama, ketika ia mengunjungi saudaranya ia hampir saja memakan makanan ikan ketika merasa lapar. “Waktu itu aku lapar. Aku melihat mamaku sedang memberi makan ikan koi milik saudaraku. Pikirku waktu itu, daripada aku kasih ke ikan, mending aku makan. Untungnya, mamaku sempat mencegahku,” ceritanya sambil tertawa terbahak-bahak mengingat peristiwa tersebut. Pernah juga ia mencabut wiper belakang mobilnya karena wiper itu tidak bereaksi kepadanya. Hal menarik lainnya adalah ketika Roh Kudus menjamahNya. Saat itu, ia ingin sekali ke gereja. Di gereja, saat ibadah selesai, ia meminta jemaat yang berada di sekitarnya untuk mendoakan dirinya. Kefas mengaku tidak mengingatnya sama sekali. Peristiwa tersebut ia ketahui setelah mendengar cerita dari mamanya. Yang ia ingat hanyalah setelah ibadah selesai, ia keluar gedung gereja dan merasakan begitu banyak Roh Kudus masuk ke dalam dirinya dan memberinya sukacita yang begitu besar. Setelah itu, ingatan dan kondisi fisiknya mulai membaik. Ia mulai bisa mengiringi keluarganya memainkan gitar saat ibadah bersama, melakukan penyembahan dengan baik, berbahasa roh, bahkan ia sudah bisa bercanda dengan keluarganya.
Kesembuhan Kefas juga tidak lepas dari dukungan teman-temannya, baik saudara seiman maupun teman-teman kampus dan kenalan-kenalannya yang lain. Selama ia sakit, selain mengunjungi di rumah sakit, mereka mengirimkan pesan hingga total inbox Kefas mencapai 962 SMS lebih, 1500 pesan di wall facebook, dan 3400 lebih pesan di e-mail. Begitu banyak orang yang mendoakan dan memperhatikan Kefas membuktikan doa orang percaya yang sepakat besar kuasanya. Biarlah dengan kesaksian Kefas ini, bisa menjadi berkat bagi kita semua. Percayalah, bahwa Allah selalu menyertai umatnya dan Ia tidak pelit mukjizat ketika kita percaya padaNya.
stefany aq ronny thanks sudah memasukan ini , eh btw pin bb kamu brp ? email in ya ke facebook ku . www.facebook.com/ronnyKeff
ReplyDeleteTeman, saudara memang harus dicari sebanyak-banyaknya. Bukannya mencari musuh yg diperbanyak
ReplyDeletewah banyak banget ya pesannya
ReplyDelete