“ Tidak … pergi kau, aku tak mau ikut denganmu ! pergi, tinggalkan aku !! “ Landsey terbangun.
“ Landsey, kau tidak apa-apa ? “ ibunya bertanya dengan nada kuatir. “ Kamu memimpikan wanita itu lagi ? ” kembali ibunya bertanya. Namun Landsey tidak menjawab pertanyaan ibunya, ia malah balik bertanya.
“ Bu, apakah aku bukan anak kandung Ibu ? ” tanyanya.
“ Apa maksudmu ?ibu tidak mengerti,“.
“ Bu, tolong jawab pertanyaanku !“ pintanya penuh harap.
“Sebaiknya kau tidur. Ini sudah larut malam, good night honey…“ ia lalu mengecup kening putrinya kemudian berlalu dari kamar itu.
“Mengapa ibu tidak mau menjawab pertanyaanku ? atau … dugaanku benar ?“ bisik hati Landsey.
Malam itu udara terasa sangat dingin. Kedua orangtua Landsey menyelimuti tubuh mereka dengan 2 lapis selimut yang tebal. Namun anehnya, Landsey tidak merasa dingin seperti kedua orangtuanya. Ia merasa hangat… seperti ada sesuatu yang menyelimutinya. Namun ia tidak sadar akan hal itu.
Esok paginya ketika sarapan Landsey tampak murung seperti biasanya dan kedua orangtuanya pun tampak cemas. Memang… sejak Landsey sering bermimpi buruk, rumah itu dan seluruh penghuninya kerap kali tampak gelisah. Landsey gelisah karena memikirkan makna mimpi tersebut sedangkan kedua orangtuanya gelisah atas tingkah laku Landsey yang selalu murung dan menyendiri.
Landsey melirik jam tangannya lalu memakai tas sekolahnya, “ Aku berangkat ke sekolah dulu “ katanya dengan lemas.
“ Hati-hati di jalan, Nak ! “ ucap ayah dan ibunya hampir bersamaan. Di jalan Landsey berpapasan dengan beberapa temannya. Namun, tak seorangpun ada yang mau berjalan bersama Landsey karena ia telah banyak berubah. Ia sering marah-marah tanpa sebab. Itu membuatnya tersingkir dari kehidupan sosial yang baik.
Di sekolah Landsey sering ditegur oleh guru-gurunya karena ia tidak pernah berkonsentrasi pada pelajaran dan selalu sibuk dengan lamunannya. akibatnya, pada hari itu ia dipanggil oleh Mr.Bond, wali kelasnya. “ Landsey, saya sering mendengar dari guru-guru bahwa kau adalah murid yang paling malas. Betulkah itu ?! “ tanya Mr.Bond.
“ Tidak, itu tidak benar. Aku tidak merasa sebagai murid yang malas. Aku selalu mengerjakan PR-ku dan tugas-tugas yang diberikan “ katanya mengelak. Namun pertanyaan berikutnya tidak bisa dielakkan lagi,
“ Kalau begitu bagaimana dengan mimpimu itu ? “
Landsey terkejut. Tanpa ia sadari ia mengeluarkan kalimat, “ Itu bukan urusan Anda, itu urusanku dan Anda tidak boleh mencampurinya ! “ serunya setengah berteriak. Lalu ia pun beranjak pergi dari kantor wali kelasnya sambil menangis.
Sesampainya di rumah, Landsey masuk ke kamarnya dan mengurung diri seharian. Orangtuanya sangat cemas dengan keadaan Landsey. Walaupun itu bukan hari minggu, mereka memutuskan pergi ke gereja untuk berdoa agar putri mereka kembali seperti biasa sbagai anak yang lincah dan selalu ceria. Mereka percaya… Tuhan selalu ada kapan saja untuk menolong umatNya.
Ketika mereka pulang, langit telah gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Di dalam mobil ayah dan ibu Landsey masih tetap mendoakan anak mereka dengan sungguh-sungguh dalam hati.
Setibanya di rumah, mereka menjenguk Landsey di kamarnya. Rupanya Landsey sudah tidur.
Jam dinding berdentang 12 kali. Landsey terbangun. Bukan mimpi buruk yang membangunkannya, tetapi ‘seseorang’.
Ketika matanya terbuka tampaklah seorang wanita cantik yang berusia 30-an.
“ Si-si-siapa kau sebenarnya, apa maumu a-a-apakah kau belum puas menggangguku ? “ tanyanya memberanikan diri. Dari pertanyaannya kita dapat mengetahui bahwa wanita itulah yang selalu hadir dalam mimpinya, dan kali ini ia hadir dalam dunia nyata.
“Jangan takut, aku ibumu aku akan membawamu pergi bersamaku. Kau mau kan ?“ wanita itu mengajak dengan nada lembut. Tiba-tiba ada suara yang gugup yang menyela.
“Tidak, Kak. Kau tidak boleh membawanya, duniamu berbeda dengannya. Perjalanan hidupnya masih panjang, apakah Kakak tidak ingin melihat dia bahagia ?“ ujar si pemilik suara tadi yang ternyata adalah ibu Landsey. “Tentu, aku ingin dia bahagia. Karena itu jangan halangi aku !“ suaranya berubah dingin dan menakutkan. Mendengar itu, suatu pernyataan yang tegas dilontarkan oleh Landsey dan membuat ibunya dan wanita itu terdiam sesaat…
“ Jika kau ingin aku bahagia, tinggalkan aku disini dan jangan lagi menggangguku. Satu lagi, jangan mengaku sebagai ibuku ! “.
Namun suatu kenyataan terlontar dari bibir ibunya, “ Landsey kamu harus tahu kalau aku adalah adik kandungnya dan kau adalah anak kandungnya. Maaf, ibu baru mengatakannya padamu “. Landsey terkejut, ketika ia menoleh untuk menatap wajah ibu kandungnya ternyata ia sudah pergi.
Akhirnya Landsey kembali seperti dulu lagi. Ia periang dan lincah dan kedua orangtuanya pun tidak cemas lagi.
“ Landsey, kau tidak apa-apa ? “ ibunya bertanya dengan nada kuatir. “ Kamu memimpikan wanita itu lagi ? ” kembali ibunya bertanya. Namun Landsey tidak menjawab pertanyaan ibunya, ia malah balik bertanya.
“ Bu, apakah aku bukan anak kandung Ibu ? ” tanyanya.
“ Apa maksudmu ?ibu tidak mengerti,“.
“ Bu, tolong jawab pertanyaanku !“ pintanya penuh harap.
“Sebaiknya kau tidur. Ini sudah larut malam, good night honey…“ ia lalu mengecup kening putrinya kemudian berlalu dari kamar itu.
“Mengapa ibu tidak mau menjawab pertanyaanku ? atau … dugaanku benar ?“ bisik hati Landsey.
Malam itu udara terasa sangat dingin. Kedua orangtua Landsey menyelimuti tubuh mereka dengan 2 lapis selimut yang tebal. Namun anehnya, Landsey tidak merasa dingin seperti kedua orangtuanya. Ia merasa hangat… seperti ada sesuatu yang menyelimutinya. Namun ia tidak sadar akan hal itu.
Esok paginya ketika sarapan Landsey tampak murung seperti biasanya dan kedua orangtuanya pun tampak cemas. Memang… sejak Landsey sering bermimpi buruk, rumah itu dan seluruh penghuninya kerap kali tampak gelisah. Landsey gelisah karena memikirkan makna mimpi tersebut sedangkan kedua orangtuanya gelisah atas tingkah laku Landsey yang selalu murung dan menyendiri.
Landsey melirik jam tangannya lalu memakai tas sekolahnya, “ Aku berangkat ke sekolah dulu “ katanya dengan lemas.
“ Hati-hati di jalan, Nak ! “ ucap ayah dan ibunya hampir bersamaan. Di jalan Landsey berpapasan dengan beberapa temannya. Namun, tak seorangpun ada yang mau berjalan bersama Landsey karena ia telah banyak berubah. Ia sering marah-marah tanpa sebab. Itu membuatnya tersingkir dari kehidupan sosial yang baik.
Di sekolah Landsey sering ditegur oleh guru-gurunya karena ia tidak pernah berkonsentrasi pada pelajaran dan selalu sibuk dengan lamunannya. akibatnya, pada hari itu ia dipanggil oleh Mr.Bond, wali kelasnya. “ Landsey, saya sering mendengar dari guru-guru bahwa kau adalah murid yang paling malas. Betulkah itu ?! “ tanya Mr.Bond.
“ Tidak, itu tidak benar. Aku tidak merasa sebagai murid yang malas. Aku selalu mengerjakan PR-ku dan tugas-tugas yang diberikan “ katanya mengelak. Namun pertanyaan berikutnya tidak bisa dielakkan lagi,
“ Kalau begitu bagaimana dengan mimpimu itu ? “
Landsey terkejut. Tanpa ia sadari ia mengeluarkan kalimat, “ Itu bukan urusan Anda, itu urusanku dan Anda tidak boleh mencampurinya ! “ serunya setengah berteriak. Lalu ia pun beranjak pergi dari kantor wali kelasnya sambil menangis.
Sesampainya di rumah, Landsey masuk ke kamarnya dan mengurung diri seharian. Orangtuanya sangat cemas dengan keadaan Landsey. Walaupun itu bukan hari minggu, mereka memutuskan pergi ke gereja untuk berdoa agar putri mereka kembali seperti biasa sbagai anak yang lincah dan selalu ceria. Mereka percaya… Tuhan selalu ada kapan saja untuk menolong umatNya.
Ketika mereka pulang, langit telah gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Di dalam mobil ayah dan ibu Landsey masih tetap mendoakan anak mereka dengan sungguh-sungguh dalam hati.
Setibanya di rumah, mereka menjenguk Landsey di kamarnya. Rupanya Landsey sudah tidur.
Jam dinding berdentang 12 kali. Landsey terbangun. Bukan mimpi buruk yang membangunkannya, tetapi ‘seseorang’.
Ketika matanya terbuka tampaklah seorang wanita cantik yang berusia 30-an.
“ Si-si-siapa kau sebenarnya, apa maumu a-a-apakah kau belum puas menggangguku ? “ tanyanya memberanikan diri. Dari pertanyaannya kita dapat mengetahui bahwa wanita itulah yang selalu hadir dalam mimpinya, dan kali ini ia hadir dalam dunia nyata.
“Jangan takut, aku ibumu aku akan membawamu pergi bersamaku. Kau mau kan ?“ wanita itu mengajak dengan nada lembut. Tiba-tiba ada suara yang gugup yang menyela.
“Tidak, Kak. Kau tidak boleh membawanya, duniamu berbeda dengannya. Perjalanan hidupnya masih panjang, apakah Kakak tidak ingin melihat dia bahagia ?“ ujar si pemilik suara tadi yang ternyata adalah ibu Landsey. “Tentu, aku ingin dia bahagia. Karena itu jangan halangi aku !“ suaranya berubah dingin dan menakutkan. Mendengar itu, suatu pernyataan yang tegas dilontarkan oleh Landsey dan membuat ibunya dan wanita itu terdiam sesaat…
“ Jika kau ingin aku bahagia, tinggalkan aku disini dan jangan lagi menggangguku. Satu lagi, jangan mengaku sebagai ibuku ! “.
Namun suatu kenyataan terlontar dari bibir ibunya, “ Landsey kamu harus tahu kalau aku adalah adik kandungnya dan kau adalah anak kandungnya. Maaf, ibu baru mengatakannya padamu “. Landsey terkejut, ketika ia menoleh untuk menatap wajah ibu kandungnya ternyata ia sudah pergi.
Akhirnya Landsey kembali seperti dulu lagi. Ia periang dan lincah dan kedua orangtuanya pun tidak cemas lagi.
Comments
Post a Comment